Serba-serbi Pentingnya Komunikasi dalam Pernikahan

Selasa, 31 Agustus 2021


Komunikasi bukan hanya sekedar membuka mulut, keluar suara, dan mengucapkan kata-kata hingga berderet-deret kalimat menjadi cerita. Sama sekali bukan seperti itu.

Komunikasi itu seni yang memiliki beragam cara untuk dijajaki. Mana yang paling nyaman dan 'klik' untuk dijalani. Komunikasi yang produktif dalam rumah tangga pun pastinya tidak berbeda.

Pada banyak kisah ditemukan bahwa komunikasi menjadi efektif, jika pasangan mampu paham dan peka. Kedua belah pihak yang saling memahami mana saat paling tepat menahan diri untuk berbicara. Lebih banyak menyimak, hadir dan atau menyediakan diri untuk lebih mendengarkan pasangannya.

Virginia Satir yang mengemukakan bahwa komunikasi merupakan hal yang penting untuk menjaga keharmonisan seluruh keluarga. Kemampuan manusia untuk bertahan juga bergantung pada kemampuan dirinya untuk berkomunikasi.


Perihal Pernikahan


Pernikahan menurut Mark Whisman, seorang profesor psikologi sekaligus ahli saraf; dapat memberikan seseorang peran, identitas yang membuat dirinya bermakna, memiliki tujuan hidup dan rasa aman.

Dan, merupakan bagian fitrah manusia untuk mencari dan mendapatkan ketentraman dan kebermaknaan diri ini. Pernikahan menjadi pintu gerbang yang sakral karena melibatkan komitmen diri dengan Tuhan serta manusia lainnya. Mayoritas orang pada akhirnya akan mendambakannya.

Pernikahan bagi pasangan harus tetap memiliki ruang untuk tumbuh. Sebab pernikahan bukan tentang mencari mana yang paling tepat. Melainkan mensyukuri segala proses dengan belajar tumbuh menjadi pilihan yang paling tepat bagi pasangan kita.

Membangun pernikahan tidak cukup hanya dengan modal cinta saja. Meluapkan rasa pada seseorang yang kita bilang sayang dan sukai.

Menikah merupakan kerja besar dan terus menerus. Banyak aspek harus diperhatikan dan dipersiapkan oleh karena itu menikah disebut sebagai penyempurnaan separuh agama.

Kesadaran yang harus dibangun sejak awal bahwa menikah itu untuk saling menyempurnakan bukan mengharapkan pasangan selalu berlaku sempurna.


Berdasarkan firman Allah pada surat Ar-Rum ayat 21 : "Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."

Bentuk relasi suami dan istri tidak sesederhana penampakannya. Ada hubungan interpersonal yang kompleks, karena terdapat perbedaan latar belakang di antara kedua belah pihak. Munculnya hak dan kewajiban yang saling beririsan. Kedekatan fisik dan emosional yang semakin intensif.

Pernikahan juga bukan hubungan antara seorang bos dengan karyawan atau bawahannya. Melainkan pergaulan sebagai pasangan hidup yang terikat dalam relasi persahabatan, saling memberikan cinta, kasih sayang, perdamaian dan ketentraman.


Oleh karena itu, demi mencapai tujuan pernikahan yang langgeng serta penuh ketentraman. Sejak sebelum akad hingga sesudahnya, suami dan istri harus senantiasa berilmu. Menambah pengetahuan untuk mencari cara saling mengenal kondisi psikologis, kepribadian, watak, sifat dan problem solving-nya.

Kondisi psikologis yang perlu diketahui oleh pasangan antara lain berkaitan dengan :

 
1. Kemampuan komunikasi.
2. Kepercayaan diri.
3. Kemandirian.
4. Efek masa lalu.

Tujuannya untuk mengetahui relasi pasangan dengan keluarga besar dan bagaimana calon pasangan dibesarkan.



Selain itu dibutuhkan juga kesiapan mental, finansial, peran, spiritual, fisik dan untuk membangun rumah tangga bernama keluarga.

Suami dan istri harus punya visi dan misi jelas untuk mengikatnya menjadi sebuah jalan ketentraman. Jembatan untuk membangun sebuah peradaban, sebab jika gagal malah dapat terjadi kerusakan.

Ketenteraman juga dapat dicapai apabila komunikasi dalam relasi tersebut berjalan baik, efektif alias harmonis. Sebaliknya jika tidak terwujud, maka akan banyak prahara yang akan terjadi.


Memahami Komunikasi Pasutri


Komunikasi merupakan kebutuhan mutlak setiap manusia. Manusia saling berhubungan satu sama lain melalui komunikasi. Saat memenuhi segala hajat dan kebutuhan hidupnya, manusia harus berkomunikasi.

Komunikasi adalah aspek penting dalam kehidupan dan perilaku manusia secara keseluruhan. Namun, melaksanakannya bukan tanpa hambatan. Seringkali ditemukan tantangan berupa benturan-benturan kepentingan antara suami istri.

Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang congruent, yaitu komunikasi yang terkoneksi, disampaikan dengan terbuka, jelas konteks dan topiknya, serta jujur.

Komunikasi pasangan dapat disebut congruent atau terhubung, jika suami dan istri perlu selalu merenungkan kembali hal-hal penting yang mendasari ketahanan rumah tangganya.


Pentingnya Komunikasi dalam Pernikahan

Komunikasi dalam pernikahan salah satu yang bersifat mutlak alias sebagai salah satu kunci utama kebahagiaan rumah tangga.


Virginia Satir menganalogikan proses komunikasi sebagai sebuah payung raksasa yang memayungi dan mempengaruhi semua yang terjadi antar manusia. “A huge umbrella that covers and effect all that goes on between human beings”.

Komunikasi dilakukan pada keseluruhan aspek hidup manusia dengan menggunakan bahasa verbal juga non verbal. Sedangkan, bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan perasaan serta digunakan sebagai alat menyatakan pendapat.

Melalui komunikasi, suami dan istri harus berlatih berani berlatih mendefinisikan perasaannya sedetail mungkin. Tujuannya agar mampu mengutarakan seluruh isi hatinya dengan baik.


Berusaha tuntas menyampaikan pikiran dan perasaannya. Berbicara dan berusaha mendengarkan orang lain dapat membantu kita menata pola pemikiran kita menjadi lebih dewasa.

Komunikasi yang harus dilakukan adalah komunikasi harmonis. Sebuah komunikasi yang mampu menyatukan dua kepala dan hati yang berbeda. Tujuannya untuk mendapatkan titik temu dari pendapat yang tidak sama. Lalu, melahirkan komitmen untuk bersama-sama menyelesaikan masalah demi mempertahankan keutuhan rumah tangga dalam bingkai sakinah, mawaddah dan rahmah.

Menurut Walgito, di antara suami istri harus saling berkomunikasi dengan baik untuk dapat mempertemukan satu ide dengan yang lain, sehingga kesalahpahaman dapat dihindari (1984:57).

Komunikasi yang harmonis dapat membantu menyelesaikan segala masalah yang muncul dalam keluarga baik secara permasalahan material ataupun non-material.

Masih menurut Bimo Walgito, jika komunikasi telah berlangsung dua arah. Maka, akan terbentuk sikap saling terbuka, saling mengisi, saling mengerti dan terhindar dari kesalahpahaman (1984:58).


Hal-hal yang dibutuhkan saat berkomunikasi

Ada beberapa syarat pokok yang harus dilakukan agar komunikasi berlangsung sesuai harapan dan tujuannya.

1. Keterbukaan.

Hal ini untuk menghindari kesalahpahaman antara suami dan istri.

2. Saling memahami.

3. Umpan balik.

Tujuannya agar komunikasi menjadi hidup dan dinamis.

4. Kemauan dan kemampuan mendengarkan.

5. Berkesinambungan.

6. Saling hormat.

Namun, jika merujuk pada komunikasi keluarga model Virginia Satir, maka ada dua hal penting dalam berkomunikasi. Sikap empati dan rasa kesetaraan antar anggota keluarga merupakan langkah pertama yang dibutuhkan untuk membangun keharmonisan keluarga melalui komunikasi.

Sikap tersebut menjadikan seseorang dapat dikatakan tidak merasa superior atau inferior di hadapan orang lain. Suami istri pun dapat saling terbuka dan bebas menyampaikan keinginan masing-masing. Sekaligus juga bersedia untuk saling menurunkan tuntutan masing-masing. Maka terciptalah 'win-win communication' dan selanjutnya dapat menghantarkan menuju 'win-win solution', atau 'win-win agreement'.



Hal penting kedua adalah harus ada upaya dari tiap anggota keluarga, agar terbiasa melatih diri menggunakan pola I-Message dalam berkomunikasi.

I-Message merupakan pola komunikasi antarpribadi yang penekanannya lebih kepada apa yang dirasakan oleh komunikator. Sebagai akibat dari apa yang telah dilakukan komunikan. Pola ini bertujuan agar komunikan tidak merasa dipersalahkan, dihakimi. Sehingga pada akhirnya berkenan mendengarkan dan memahami isi pesan yang ingin disampaikan komunikator.


Formula I-Message sesungguhnya sederhana, sebab hanya memiliki tiga elemen dasar, yakni :

1. "Saya Merasa ..... ."

Pada tahapan ini komunikator mengungkapkan apa yang dirasakannya.

2. "Bila/Jika Kamu ..... ."

Bagian kedua bermuatan pernyataan perbuatan komunikan. Tindakan yang menjadi penyebab apa yang dirasakan oleh komunikator.

3. "Saya ingin... ."

Komunikator menyatakan usulan, harapan atau keinginannya berkaitan dengan perubahan perilaku komunikan.

Itulah beberapa hal penting yang perlu dilakukan oleh suami istri agar berhasil melakukan komunikasi yang efektif. Jika tidak diperhatikan, ada banyak penyebab kegagalan komunikasi suami istri.

Secara garis besar pasangan harus selalu mau menurunkan ego agar tidak saling mendominasi. Suami dan istri juga harus belajar menyatukan mindset yang sesuai dengan FOR dan FOE.


FOR adalah Form of Reference, yaitu cara seseorang bersikap dan berkomunikasi berdasarkan latar belakang pendidikan dan budaya. Sedangkan, FOE merupakan singkatan dari Form Of Experience merupakan cara seseorang bersikap dan berkomunikasi sesuai dengan pengalaman hidup yang telah ia jalani.

Nah, itu sekelumit serba-serbi pentingnya komunikasi dalam pernikahan. Keterampilan berkomunikasi dalam keluarga ini perlu terus diasah, agar ikatan cintanya semakin kokoh.

Semoga bermanfaat.
Salam Baik.
Tabik!


Sumber Referensi Bacaan :

Walgito, Bimo.1984. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

Materi Komunikasi Persembahan Cinta IIP Untuk Indonesia "Aku, Kamu, Kita ” oleh Maria Ulfa, 2020


2 komentar

  1. Ma sya Allah, tabarakallah mbak dian, tulisannya bermanfaat sekali.. πŸ‘πŸ‘πŸ˜

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kalau bermanfaat, ini bakal jadi bonus buat yang nulisπŸ’–. Terima kasih sudah mampir

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung. Tiada kesan tanpa kata dan saran darimu :)



Salam kenal,


Dee.Irum