Nge-blog! Hidup Segan Mati Tak Mau

Jumat, 01 Juli 2022

Boleh ya disclaimer dulu, jangan berharap terlalu banyak setelah baca tulisan di sini. Jangan berharap dapat tips atau nasihat berharga untuk tidak malas nge-blog. Ya, karena memang 'nawaitu' menulis ini adalah curhat. Jadi doakanlah agar si penulis dan segala dinamika semestanya segera baik-baik saja. Halah! 
Baiklah seperti yang sudah terbaca di atas, pada judul menurut sangat cocok. Sebuah gambaran hubunganku dengan saya dengan blog tercinta. Ya gimana nggak cinta. Tiap tahun bayar perpanjangan domain. Namun, tiap tahun juga paling isinya tugas dari proyek perkuliahan Ibu Profesional.
Tahun 2017 aku baru mulai tertarik untuk menulis di-blog. Itupun disebabkan saat itu ikut dalam sebuah rumbel di komunitas; Literasi Media. Sejak awal niat menulis pun hanya ingin mengutarakan isi hati dan pikiran melalui tulisan. Lambat laun blog akhirnya lebih sering menampung hasil belajar, seperti yang aku sudah sampaikan di awal. 
Aku rasakan betul. Menentukan niat awal terjun di dunia Per-blogging-an ini memang harus lebih kuat, cermat dan tepat. Kelihatannya mungkin lebay ya? Namun, itulah yang aku rasakan fokus dan tujuan harus jelas dan terarah. Melalui itu seseorang akhirnya akan mengetahui apakah jalan menjadi blogger adalah passion yang akan terus diperjuangkan. Masalah cuan dan benefit lainnya aku yakin itu adalah bonusnya. Setidaknya itulah yang aku cermati dari banyak blogger profesional yang berhasil dan sukses. 
Sebagai blogger harus mengetahui dan menentukan tujuannya. Apa saja yang ingin dan akan dilakukan dengan blog yang telah dibuatnya. Kebanyakan orang termasuk saya sesaat membuat blog langsung mulai begitu saja. Tidak menentukan tujuan spesifik membuat blognya, hingga akhirnya ya mungkin terjadilah kondisi saya sekarang. Tidak cukup energi untuk mensuplai semangat isi tulisan di-blog.
Sesekali aku berselancar dan mencari tahu apa sih alasan orang malas nge-bloh? Pastinya aku juga ingin menyelisihi diriku yang kurang rajin buat konten di blog, sehingga terbengkalai dan isinya itu-itu melulu. 
Aku mendapatkan alasan pertama, karena sepi pengunjung. Kedua, karena kehabisan ide. Ketiga, sibuk dengan pekerjaan di dunia nyata. Keempat, karena peralatan untuk aktifitas menulis di-blog mengalami kendala alias rusak. Kelima, banyak yang mogok karena tidak tercapainya target Google Adsense.
Hasil berburu alasan itu, hanya ada satu yang terhubung denganku yaitu perangkat utama menulis dan utak-atik blog rusak. Tiga tahun lebih laptop kesayangan sudah tidak berfungsi. Berkali-kali diperbaiki sekian banyak itu pula harus direparasi lagi. Penyakitnya sudah menyebar dan akhirnya ia menyatakan purna tugasnya.
Terpaksa menulis menggunakan gawai, telepon pintarku. Bisa dibayangkan ya, dengan layar tidak begitu lebar dan jari jemari yang saling beradu di layar. Sungguh mengganggu kenyamanan, akhirnya pasti bisa diduga kan? Energi yang kurang ditambah kendala fasilitas, gawai bermasalah jadilah alasan untuk 'mager' semakin kuat. 
Selanjutnya, alasan paling utama adalah sejak pandemi aku menemukan passionate lain semakin besar. Bukan arena bermain baru, akan tetapi ini adalah sesuatu yang sudah lama ingin dicapai. Seiring waktu takdir Allah mendekatkanku ke sana.
Pilihan menjadi praktisi psikologi dengan sertifikasi hipnoterapis membuatku memiliki kesibukan baru. Tantangan yang berbeda dengan amanah masalah yang makin beraneka rupa. Menjadikanku semalin menjauh dari blogku.
Ya, begitulah cuitan hatiku yang ternyata sudah melebihi 300 kata. Sejujurnya ingin sekali tetap bisa dolanan di lantai dansa para blogger. Semoga segera bisa kembali ke rumah mayaku lagi! 

Read More