INSTITUT IBU PROFESIONAL : JEJAK PERKENALANKU

Kamis, 30 November 2017

Pernah saya sedikit ceritakan dituliskan sebelumnya, bahwa perkenalan saya dengan Institut Ibu Profesional (IIP) adalah sebuah ketidaksengajaan. Sebelumnya memang pernah mendengar sekilas ketika seorang teman yang bekerja sebagai dosen fakultas Psikologi disalah satu universitas swasta di kota asal saya akan mengadakan seminar parenting. Saya lupa temanya apa hanya saja Bu Septi adalah narasumber utama kala itu. Saya hanya bergumam andai saja bisa hadir disana, kemudian berdoa jika satu saat nanti dapat bergabung dikesempatan yang lebih baik. Tahun berlalu hingga saya memutuskan resign dari ranah publik. Ya, banyak hal yang membuat saya bulat memutuskan untuk tidak mengajar lagi dalam sistem kecuali bila sistem itu benar-benar baik, Visi, misi dan aplikasinya aman dan ramah anak.
Babak baru dalam rutinitas hidup saya pun berubah, saya menikmati bertemu dan berkumpul dengan saudara, teman-teman baru. Mulai dari freelance mengajar kelas motivasi, berkenalan dengan komunitas-komunitas sosial berbasis edukasi yang digiatkan oleh pemuda pemudi luar biasa, menjadi konselor online dan sesekali mengisi materi berkaitan dengan remaja disitus online khusus remaja itu (yang sekarang sedang hiatus he-he-he), dan bersama teman-teman menginisiasi gerakan Kelas Inspirasi Kudus, dan kegiatan lainnya termasuk ikut workshop untuk memperkaya ilmu saya. Disalah satu workshop yang saya ikuti di Jogja selama tiga hari saya berkenalan dengan teman baru yang rasanya sudah macam saudara saja, ialah mbak Wawak dan mbak Febrin Aisyah. Keduanya sama-sama dari luar kota, bahkan mbak Febrin jauh terbang dari Banjarmasin.  Bersama mereka saya mengenal banyak hal utamanya adalah semangat untuk belajar, berani menitipkan perubahan. Saya bersyukur sebab Allah mengijinkan untuk bertemu dengan orang-orang yang frekuensi visi dan misinya sama.
Singkatnya setelah acara workshop tiga hari dua malam itu komunikasi kami masih berlanjut lagi. Tentu saja melalui alam yang berbeda di dunia maya, melalui perantara media sosial itu kami terus saling bertukar informasi. Seringkali kami juga berdiskusi terkait masalah-masalah anak, remaja dan pastinya kaitannya dengan dunia pendidikan. Hingga satu hari mbak Febrin menyarankan saya ikut IIP, saya tanya apa itu? Saya kan belum ibu? Apa saya nanti nggak kebawa perasaan karena pasti obrolannya tentang anak-anak yang luar biasa? Sebab saat workshop di Jogja dibeberapa sesi materi bawaannya nahan mewek melulu. Menanggapi pertanyaan saya, beliau hanya bilang dicari dan pelajari dulu apa itu IIP, keputusan akhirnya bagaimana terserah bunda! Sambil menyertakan link untuk bergabung di Matrikulasi IIP. Menurut beliau saya butuh ilmu parenting, bisa untuk mempersiapkan diri menyambut amanah-Nya nanti sekaligus anak-anak ideologis saya yang masih seringkali datang.
Setelah membaca sekilas tentang IIP, bertanya kesana kemari termasuk diskusi dengan Bu Dewi  Nur Istikomah yang akhirnya juga sekelas dengan saya sampai kelas bunda  sayang ini dan tak lupa terpenting adalah restu suami. Keputusan terbaik nampaknya saya harus berani bergabung dan berkenalan dengan IIP. Pesan suami saya eh lebih kepercayaan mungkin ya...beliau berkata, " Syaratnya nggak boleh baper-baperan atau senewen, kalau alarm itu sampai berbunyi Ibun harus tahu diri apa yang harus dilakukan". Ah tentu saja saya baper berulang kali tapi syukur saya masih mampu mengelola hati ini. Semangat...!!
Sedikit tentang IIP
Istilah ibu profesional muncul di benak bu Septi Peni Wulandani dan sang suami, Dodik Mariyanto, sejak 2008. Kriteria umumnya adalah perempuan itu bersungguh-sungguh menjalankan peran sebagai ibu, perempuan, dan istri. Mereka kuat, baik di ranah domestik maupun publik.
Mengapa harus profesional? Sebab, menurut beliau untuk menjalankan peran itu, diperlukan ilmu. ”Mau jadi dokter, sekolahnya bertahun-tahun. Begitu pula jadi jurnalis atau profesi lainnya. Sedangkan pekerjaan yang tanggung jawabnya dunia-akhirat, yaitu sebagai ibu, biasanya malah tidak dipersiapkan.
Salah satu semangat dan kesyukuran saya bergabung dengan IIP Semarang utamanya adalah semangat pembelajar. Apapun kondisi dan rintangannya, apakah ada diranah domestik maupun publik semua berkomitmen menjadi ibu dan istri yang profesional dan bahagia dengan apapun pilihannya. Ya, ibu yang bahagia merupakan sumbu kebahagiaan bagi keluarga. Saya yang sedang tertatih-tatih  belajar, rasanya selalu terperangah dengan kehebatan ibu-ibu pembelajar dikelas ini. Allah memang dan selalu maha baik, karena diperkenankan bertemu dengan ibu-ibu hebat pemegang kunci peradaban.
Sumber referensi :
https://www.google.co.id/amp/s/www.jawapos.com/read/2017/05/03/127355/septi-peni-wulandani-penggerak-institut-ibu-profesional%3famp=1
Read More

Membangkitkan yang Mati Suri

Senin, 13 November 2017

Baru mulai sudah ngeri amat yah judulnya...

Maaf yaa...

Ya, begitulah nggak berlebihan karena memang judul diatas adalah gambaran sebenarnya. Lama sudah ingin punya blog sendiri, setidaknya ada akses dan atau wadah untuk menumpahkan segala buih uneg-uneg yang kadang membuncah sesekali waktu. Tidak bermaksud menggantikan teman baik selama ini sih; buku, kertas dan pena ataupun buku diari yang juga kerap kali mangkrak. Namun terkadang ketika semua ide atau inspirasi datang tiba-tiba semua peralatan perang itu sedang tidak berada didekat saya. bisa ditebak kan?? raib..musnah..menguap begitu saja..mau diingat sudah terbang entah kemana. Nah, kalau gadget semacam telepon genggam pasti tidak bisa berlama-lama berjauh-jauhan hehehe...meskipun emak-emak jaman then tetapkan nggak mau kalah sama kids jaman now. Meskipun memang tetap akan lebih nyaman jika menggunakan laptop atau komputer pribadi. Setidaknya dengan semua kemudahan tehnologi dengan segala macam aplikasi yang semakin mempermudah kinerja manusia jaman now, bisa lah jadi pertolongan pertama supaya senewennya nggak kelamaan karena ide-ide segar menguap basi begitu saja. 

Sumber : www.google.com


Agenda yang menjadi prioritas setelah memutuskan untuk mengundurkan diri untuk tidak lagi berkarya diranah publik, salah satunya adalah memiliki blog pribadi. Motivasi paling besar adalah untuk aktualisasi diri.

Setahun lalu sudah mencoba utak-atik sendiri tanya sana sini kepada teman-teman yang sudah mengarungi dunia per-blogging-an tersebab rasa penasaran yang menghebat kala itu, lalu beli buku yang alih-alih dibaca eh malah kebingungan sendiri karena nggak ada lawan diskusi. Disamping itu mungkin karena saya termasuk tipe pembelajar yang tidak murni solitaire alias nggak bisa sendirian kalau belajar...krik...krik..bisa suwung kalau orang Jawa bilang; entah malah imajinasi apa yang mampir dalam otak saya nanti hehehe. Harus melihat, bertanya terus praktek seketika itu juga jika memungkinkan karena tipe gaya belajar saya termasuk Tactile Learner atau biasanya sering digolongkan sekelompok dengan Kinestetic Learner. Sederhananya gaya belajar taktil ini adalah gaya belajar yang cenderung aktif, bergerak, mengamati, menyentuh agar mampu merasakan pengalaman belajar sendiri. 

Maka dengan segala upaya yang telah ditempuh itu tetap saja ujungnya berhenti karena semakin banyak pertanyaan juga tuntutan dalam diri saya berkaitan dengan blog pribadi ini. Sempat diajarkan dan dikirimkan manual untuk panduan belajar blog yang kami kelola bersama, saat itu saya masih sesekali mengisi konten di-website Solusi Remaja sebuah media curhat online nirlaba karena maksud dan tujuan awal adalah memberikan bantuan dan pelayanan kepada remaja. Mendampingi remaja untuk melewati masa badai mereka agar sampai ditempat tujuan dengan aman dan tetap merasa nyaman. Dasar gerakan ini adalah komunitas dengan tagline sharing, caring and developing. Saat itu saya didaulat oleh salah satu pengasuh yang sekaligus founder komunitas solusi remaja tersebut. Saya diminta untuk bersamanya bergantian memberikan konsultasi online alias konselor dengan kekhususan saya untuk bimbingan karir dan sekolah. Panjang deh ceritanya nanti mungkin ya dijudul yang lain akan saya coba jabarkan sejarahnya. Nah, dikesempatan itu saya belajar membuat dan memahami blogging itu apa? saat itu saya diarahkan untuk membuat dengan blogspot sebagai awalan. Akhirnya saya pun nekat membuat blog, namun bingung mau diisi apa saja mau memberi alamat atau label tulisan saya kemana. Bertanya-tanya pula personal branding saya sesungguhnya mau dibawa kemana? (sebenarnya bukan nggak paham mau diberikan predikat apa namun suka banyak maunya hi hi hi). Bagi saya menulis adalah bagian dari keinginan yang selalu menjadi impian untuk diwujudkan, tidak hanya berguna buat saya sebagai sarana meditatif, relaksasi ataupun katarsis emosi saja. Lebih dari itu, saya ingin tulisan yang menjadi buah dari pikiran juga perasaan saya itu bisa menjadi referensi inspirasi bagi tiap orang yang membacanya. Bukan ingin disanjung atau dipuja puji namun itu adalah bentuk tanggung jawab saya jika nanti benar-benar bulat tekad saya untuk menjadi pencerita atau penulis. Blog adalah salah satu media penghubung saya menuju pintu impian berikutnya yaitu mempunya karya berupa buku best seller, yang menyuarakan gaung kebaikan melalui kata-kata. 

Singkat cerita setelah belajar sedikit dan berani membuat blog melalui blogspot; kemudian dengan semua kesibukan para senior saya yang ada dikomunitas Solusi Remaja maka setelah agenda offline kelas pendampingan motivasi di SMA Semesta. Kami akhirnya kembali tenggelam dengan aktifitas masing-masing diluar komunitas, sambil terus berharap obor pelita untuk tetap bisa membersamai para remaja terus dapat menyala.

Dampaknya upaya dan semangat saya untuk bisa konsisten belajar blog ikut luntur, hanya sesekali buka dan menulis itupun tidak dipublish hanya disimpan didraft. Entahlah semacam terjangkit virus ketidakpercayaan diri mungkin hehehe..

Bersyukur semenjak memutuskan untuk bergabung dengan Institut Ibu Profesional atau lebih dikenal dengan IIP, tidak henti-hentinya saya selalu menemukan kebanggaan bertemu dengan beliau semua dalam satu kelas online. Melalui WAg atau whatsapp grup kami saling berbagi ilmu eh saya ding saya menyerap ilmunya pada ibu-ibu hebat tersebut saya mah apa..bahkan remah-remahan peyek pun tidak hiks...masih banyak proses yang harus saya lalui. Dipandu dengan fasilitator dan pengurus-pengurus yang punya komitmen dan semangat yang hebat pula, rasa syukur itu pun semakin terus bertambah. Saya mengawali mengikuti IIP kelas matrikulasi batch 3 dan kemudian naik kelas; lantas masuk ke kelas bunda sayang batch 2 untuk wilayah Semarang-Salatiga. Alhamdulillah, bulan lalu diadakan kelas offline yaitu rumbel kelas blogging. Agenda rutin tiap hari kamis, secara teknis sudah terlaksana tiga kali pertemuan. Namun karena masalah teknis juga saya baru dapat bergabung sekali, pertemuan pertama saya terlewat sebab lupa hingga saya menyanggupi agenda lainnya yang; lalu pertemuan kedua saya kok nggak ingat ya kenapa saya nggak bisa hadir..hehehe..Sekali lagi saya bersyukur bertemu dengan ibu-ibu sholehah, cantik nan hebat dikelas offline ini. Semangat beliau begitu terasa hangat dan menular energi positifnya, saya yang tadinya mau berangkat maju mundur cantik karena rasanya ingin sekali mengurungkan niat berangkat takut terbawa perasaan melankolis alias baper kalau anak sekarang bilang. Semua sirna ketika sudah duduk bergabung disana, terasa  cair, suasana yang hangat dan nggak berlebihan kalau saya bilang sudah terasa seperti rumah atau keluarga sendiri. Seru pokoknya ditambah disana banyak anak-anak lucu yang ikut menyemarakkan kelas blogging siang itu. Atmosfer yang nyaman ini membuat saya yang baru bisa bergabung siang itu tidak canggung untuk bertanya, gurunda tercinta Bunda Marita pun tak segan menghampiri ketika saya ataupun yang lain kebingungan dengan tampilan blog baru yang akan kami buat. Terasa cepat sekali kelas blogging siang itu berlalu, apalagi saya yang datangnya molor..huuft karena harus berangkat bareng pak suami ya mau tidak mau saya menyesuaikan jadwal beliau terlebih dahulu. Belum puas rasanya ingin bertanya dan praktek langsung dihadapan gurunda yang sudah lihai; malang melintang didunia per-blogging-an. Ketika kelas diakhiri...wow saya langsung dapat bonus...iya bonus..bonus pekerjaan rumah. Dua tugas  untuk pertemuan sebelumnya dan satu tugas untuk siang itu; Kamis, 2 November 2017.

Sebelum saya menutup tulisan ini (note : yang termasuk tagihan tugas rumbel kelas blogging) atau sebelum berkepanjangan karena sudah PW..posisi weeenak dan nggak bisa berhenti cerita. Saya ingin menyampaikan bahwa saya percaya bergabungnya saya dikelas blogging yang diawali bergabung dahulu dengan IIP Semarang-Salatiga bukanlah suatu kebetulan. Saya termasuk golongan orang-orang yang tidak percaya ada yang benar-benar kebetulan didunia ini, semua melalui perkenan, ijin dan ridha Allah Subhana Wa Ta'alla. Ketika frekuensi otak hati dan pikiran saya ke tempat yang selalu ingin saya tuju, dalam otak diulang-ulang terus menerus kemudian dirangkai kedalam doa-doa maka saya percaya semesta akan membacanya. Mereka bergerak dan mengirimkannya kepada Yang Maha Mengetahui, mengetuk pintu-pintu langit agar dibuka segala kemungkinan yang Maha Ajaib  pula dan tak terhingga kuasa-Nya. Perkenalan sekilas yang tidak disangka mengenai IIP kemudian oleh seorang teman baru yang kami berkenalan saat mengikuti sebuah workshop di Jogja. Obrolan kami berlanjut ketika kami pulang ke daerah masing-masing; minat dan passion yang sama perihal pendidikan membuat kami cukup intens mencurahkan hati dan pikiran. Hingga satu hari beliau mengirimkan link pendaftaran untuk mengikuti kelas matrikulasi batch 3. Setelah banyak sekali pertimbangan internal juga eksternal, akhirnya saya memutuskan untuk bergabung..ditulisan berikutnya nanti deh saya berusaha merekam ulang jejak sejarah hingga saya berada ditengah-tengah ibu hebat saat ini. Sekarang ini kita..dagh...dagh..bye..bye..dulu ya!


Member IIP Semarang



Read More