Enam Kado Istimewa dari Belahan Jiwa : Jurnal Ke-6 Bunda Cekatan Batch 1

Selasa, 25 Februari 2020


Pekan ini keseruan tentu saja bertambah, mendebarkan mungkin seperti itu kalau diterjemahkan pakai aksara. Ibarat sedang menemukan belahan jiwa, kepada siapa ruh cinta ini terpaut...eaaa.


Tantangan kali ini adalah berbagi kebahagiaan dengan memberikan hadiah kepada teman-teman terpilih. Hadiah yang bisa meningkatkan semangat dan kebahagiaan kita dan juga mereka.


Bukan bermaksud berlebihan tapi saya selalu menyakinkan diri bahwa kita akan selalu didekatkan pada apa saja yang sefrekuensi. Nggak pernah salah gaul deh. Semestakung begitu orang-orang bilang. Benang merah yang tak tampak itu nyata mengaitkan jiwa-jiwa yang mencari pautannya.


Sejak dongeng disampaikan ibu Septi malam itu, terbayang sudah dua nama yang akan terpilih untuk menerima kado cinta dari saya. Satu nama muncul belakangan. Saya pikir mau belanja ide dulu untuk meramu hadiah sederhana untuk saudari ideologis baruku.

Eh, qadarallah sekali lagi semestakung. Dua nama yang terlintas dalam benak itu justru malah mengirimkan kadonya terlebih dahulu. Nggak bisa menahan senyuman karena bahagia sekaligus takjub. Ajaib! Nama ketiga yang muncul pun juga nggak disangka sama seperti cerita sebelumnya. Dipikirkan dan beliau yang malah mengirimkan kadonya.

Saya pikir cukup tiga saja atau maksimal lima sampai enam teman baru yang akan diberikan hadiah. Mereka yang saya rasakan lumayan intens dan hangat obrolannya. Puji syukur hampir semua orang yang saya maksud dalam benak bisa saling berbalasan hadiah, kemudian ditambah dua orang lainnya yang secara pribadi saya kirim kudapan kesukaannya. Seperti bunda Diyah dari IP Jepara obrolan kami tersambung kembali karena beliau bertanya tentang keluarga Getar Suara. Lalu, karena beliau berasal dari keluarga parenting saya tawarkan kado sederhana. Alhamdulillah beliau menyukainya. 

Sama halnya dengan cerita bunda Eka Rizki dari Tangerang Kota, beliau juga menyampaikan kebahagiaan yang sama. Baru sengaja dikirim di saat terakhir karena sewaktu saya lihat statusnya beliau sedang safar bersama para punggawa bisnisnya keluar kota. Kado sederhana yang saya tahan beberapa waktu itu tentang Public Speaking for Business. 

Saya memang kagum dengan semangat bisnis beliau seperti yang pernah saya ceritakan pekan lalu, hingga akhirnya hadiah kecil itu terbesit untuk diberikan. Berharap tanah sederhana ini mampu menambahkan semangat memberdayakan lingkungan sekitarnya. 

Mau tahu apa saja hadiah yang saya dapatkan? Nah, simak ya cerita tentang keenam hadiah luar biasa yang saya terima. Saya tulis sesuai dengan urutan serah terima hadiah.

1. Bunda Lathifa-KalSel (Parenting)


Beliau yang pertama kali mengirimkan cemilan untuk membantu saya belajar lebih percaya diri dan serius belajar Public Speaking. Kami akhirnya bertukar kado karena beliau memang salah satu orang yang terbersit ialah beliau.
Saya kirimkan beberapa video tentang Parenting Nabawiyah dan tulisan saya terkait Parenting atau Innerchild.

2. Bunda Enggar Swan-Jember (Ratu Dapur/Cooking)


Beliau mengirimkan sebuah hadiah berisi
PDF berisi 16 halaman tentang Teknik Public Speaking sebagai hadiah. Wah, ini keren banget karena ilmunya bernutrisi tinggi. Sebagai tanda cinta saya kirimkan hadiah tentang food preparation yang kadang saya tonton tapi tidak untuk sering dipraktekkan. Dapur salah satu tempat spesial tapi bukan tempat ternyaman untuk berlama-lama di sana...he he he...

3. Bunda Laila Makmunah-Jepara (Manajemen Marah)


Beliau mengirimkan saya hadiah melalu rekaman suaranya. Rupanya ini Potluck pertama yang pernah dikirimkan untuk jadi cemilan. Temanya tentang 'Mengelola Sampah dengan 5R'. Sungguh di luar dugaan Allah Ta'alla memang Maha asyik dengan segala rencana-Nya. Informasi ini memang sedang saya butuhkan terkait proyek sosial yang sedang dalam ancang-ancang diwujudkan. Bismillahirrahmanirrahim Bi'idznillah. Mungkin ini sekali lagi yang disebut semestakung. Kita akan di dekatkan atau di jauhkan untuk mendukung semua kebaikan-kebaikan yang sesuai dengan kemampuan peranan kita.

Hadiah yang sudah saya persiapkan untuk beliau merupakan cemilan favorit di keluarga besarnya. Sebuah tips sederhana untuk mengelola emosi  dan rasa marah (Smart Happiness). Senangnya lagi bunda Laila malah memberikan sebuah pertanyaan sekaligus request yang lama nian tertunda. In syaAllah ya Bun akan segera dieksekusi tulisannya...Ganbatte!

4. Bunda Febrin Aisyah-KalSel (Parenting)


Kalau bunda satu ini sebenarnya teman lama yang dipertemukan dalam dunia Parenting dan Talent Mapping. Kami sering terlibat diskusi terkait "kerinduan" tentang impian dunia pendidikan, psikologi dan juga hal lain tentunya. 

Meski secara fisik baru sekali bertemu, rasanya ada saja obrolan yang bisa kami sambungkan terkait hal yang saya sebutkan sebelumnya. "Sejarah" menyatukan kami he he he (apaan sih!).

Bunda Febrin mengirimkan hadiah terkait Innerchild yang diramunya sendiri. Bagi saya ini sebuah kehormatan bisa mencicipi hasil olahan beliau sendiri. Temanya pun unik yaitu 'Mendidik Tanpa Trauma Masa Lalu' dan sekali lagi ada kekuatan yang menggerakkan tema ini ke hadapan saya. Ya saat ini memang saya juga sedang fokus ke tema ini (Innerchild) selain menambah terus  wawasan serta kemampuan tentang  Public Speaking.

Kado artikel sederhana ala saya terkait parenting dan innerchild yang pernah saya ramu di blog pun saya kirimkan ke beliau. Semoga saja suatu saat entah kapan itu tulisan tersebut bisa memetik buah manfaat.

5. Bunda Yessi-KalSel (Innerchild)


Masih dari Kalimantan Selatan nih beliau menyapa terlebih dahulu dan terharu kado yang dibungkus cantik dikirimkan kepada saya. 



Sebuah video mengenai ilmu Public Speaking yang disampaikan oleh Pandji Pragiwaksono. Cemilan wajib para pembelajar ilmu per-Public Speaking-an. Cocok dan renyah banget untuk dinikmati. Silahkan yang mau ikut belajar bisa intip di sini.

6. Bunda Murni-Gresik (Manajer Marah)


Hadiah yang baru saja matang dikirim dari Gresik, sungguh saya nggak pernah menduga menerimanya. Sebuah link video tentang Public Speaking yang sebelumnya disajikan di acara IP regional Gresik. Kebetulan? Tentu saja tidak! Tidak ada daun jatuh yang tanpa ijin dan sepengetahuan-Nya.

Tidak banyak yang mampu saya bagi, hanya kado sederhana yang memang ada di almari literasi dan diracik dan dibagikan dengan cinta.


Selalu seru bukan cerita tiap pekannya? Camping ground yang membuat ransel saya semakin penuh dengan kebahagiaan.

Bagaimana denganmu kawan? Masih kah bahagiamu tertawan? Semoga kita semua dimampukan untuk mendekatkan diri pada hal-hal baik dan penuh kemanfaatan.



Read More

Jurnal Ke-5 Bunda Cekatan Batch 1 : Mari Berkemah denganku!

Selasa, 18 Februari 2020

Perjalanan si Ulil memang selalu luar biasa. Berawal dari menyusun langkah lalu tak lupa selalu memegang peta agar tak tersesat saat berpetualang. Kini saatnya si Ulil bertemu Kak Peni yang mengajaknya singgah sebentar untuk beristirahat di bumi perkemahannya. Tak menyangka selama beberapa hari tinggal, Kak Peni juga begitu ingin mendengar kisah perjalanannya. Siapa, apa saja dan bagaimana perasaannya dan juga teman-teman yang ia temui saat ia melintasi belantara?

Awalnya memang gamang harus dengan cara apa Ulil berkenalan dengan 1700-an teman barunya. Meskipun bakat WOO ada ditengah urutan bakat dominan lainnya. Si Ulil tetap tipe yang mudah bergaul tapi lebih suka komunikasi yang intens, ada, dekat dan hangat.

Mengikuti jejak beberapa teman, mulailah menyebarkan sedikit promosi diri. Meninggalkan link personal chat ke WhatsApp, sambil secara acak dan sedikit berbumbu intuitif memilih beberapa teman untuk disapa. Alhamdulillah ada yang merespon dengan hangat ada pula yang hanya dibaca saja. Baik lah mungkin begitu lah jodoh bekerja, unik!

Tak berapa lama setelah narasi tentang diri diunggah di kolom komentar. Beberapa pesan pribadi masuk. Ada yang to the poin   menyodorkan isian, ada banyak pula yang menyapa dan kemudian komunikasi berlanjut dengan bahasa yang lebih cair. Alhamdulillah sampai hari ini terhitung ada 18 teman baru yang berasal dari segala penjuru.


Ternyata betul memang seperti yang selama ini diyakini bahwa sesuatu akan bergerak menuju arah yang sama frekuensinya. Semesta seolah mendukung serta menuntun untuk menemukan jalan apa yang harus dimantapkan untuk ditempuh. Tak pernah menyangka dari ke 18 teman baru, nyaris separuh dari keluarga besar manajemen emosi. Bukan hal yang mengherankan sebetulnya karena keluarga ini memang luar biasa besar jumlahnya.


Bayangkan saja keriuhan 400 anggota keluarga berkumpul, amazing! Ajaibnya adalah sub atau keluarga kecil yang mereka ikuti, kesemuanya hampir rata mengambil tema innerchild dan manajemen marah. Satu topik yang sangat ingin ditambahkan ilmunya. Sebuah perencanaan indah dari Yang Maha Keren bahwasanya minggu itu pula saya sedang mempersiapkan ikut workshop di Jogja terkait topik tersebut. Kebetulan? Tentu saja bukan...tak ada kebetulan di dunia ini karena semua terjadi atas ijin-Nya.

Jika ditanya siapakah yang paling berkesan? Hampir keseluruhan memberikan cerita yang berwarna-warni jadi dilema memang kalau suruh memilih.  Meski ada juga yang dengan gayanya singkat, padat dan berakhir mampat...he he he. Namun ada pula yang saling bertukar cerita panjang sampai menggunakan voice note untuk bercerita. Baiklah lima ulat terpilih adalah :

1. Bunda Anik Dwi Hariyani

Perjalanan percakapan dengan beliau diawali dari Direct Message Instagram. Baru saling berbalas tengah malam karena sedang jarang menengok media sosial satu ini. Percakapan kami pindah ke WhatsApp, bercerita banyak hal, berkembang topik-topik lainnya. Beliau bahagia berada di keluarga SeniOR KeBal utamanya di kelas makanan dan kesehatan karena memang sesuai dengan mind mapping yang ingin belajar pola makanan sehat. Di antara yang lain percakapan dengan bunda asal Gresik ini memang yang paling panjang dan intens, sampai saling berdoa semoga bisa kopdar satu saat nanti. Aamiin. Semoga berjodoh dan silaturahminya berjalan langgeng ya, Bun....

2. Bunda Murni

Wah, bertukar cerita dengan beliau membuat ingin memberikan tepuk tangan dan pelukan. Perjuangannya begitu mengesankan untuk bisa mendampingi permata hatinya keluar dari jeratan trauma. Alih-alih ingin menuntas 'masalah' ananda justru malah ketemu penyebab lainnya. Tak lain adalah pribadi orang tuanya.. Oleh karena itu saat memilih berada dikeluarga favoritnya yaitu manajemen emosi utamanya di kelas manajemen marah. Beliau merasa sangat bahagia karena bisa belajar menemani keluarga dengan perasaan bahagia pula.

3. Bunda Eka Rizki

Sejak melihat beliau tampil di Go live dengan banyak statement yang bikin menandai pakai bintang beberapa kalimatnya. Waktu melihat itu cuma bergumam dalam hati, "Ih keren, tangguh dan mulai sekali tujuannya". Eh nggak menyangka beliau mencolek lebih dahulu. Sungguh luar biasa ditengah kesibukannya sebagai founder, pemimpin, pemilik bisnis yang idenya asli kreatif banget beliau masih menyempatkan diri untuk selalu saling bertukar informasi dan inspirasi. Secara personal ada kata beliau yang begitu berkesan. Kurang lebih begini, "(Berasal) dari The power of kepepet mb.ak Tapi memang dari dulu suka berkarya. Alhamdulillah karya diterima plus nambahin penghasilan bahkan bisa memberdayakan sekitar. Impian  banget. Masyaa Allah."
Ini sebuah ungkapan yang super, sebuah inspirasi dan insight berharga untukku. Berdaya dan memberdayakan sesuai kapasitas peran kita masing-masing. Tidak ada yang lebih indah dari itu. Coba deh yang kepo sama usahanya silahkan dicari ya.

4. Bunda Enggar Swan

Berasal dari IP Jember Raya, bergabung di Ratu Dapur khususnya di teknik memasak cepat dan bergizi serta food preparation. Wah ini topik ilmu yang sangat dibutuhkan juga sebenarnya. Apalagi kalau virus 'mager' datang memberikan ujian, jurus cepat saji dan bergizi seperti ini perlu banget untuk dipelajari.


5. Bunda Susan

Berasal dari IP Bandung, memasuki keluarga emosi utamanya kelas inside out atau pengkhususan topik inner child. Menurutnya benefit berada di keluarga ini cukup besar, ilmunya bertebaran. Permasalahannya kita harus terus CEU KOKOM alias Konsisten dan Komitmen, begitu ujarnya. 

Read More

Women Empowerment for Social Sustainability

Senin, 17 Februari 2020


Sengaja tema habituasi minggu ini saya pakai mentah-mentah sebagai judul. Perempuan memang didesain Maha Pencipta begitu luar biasa. Makhluk serba bisa. Multitalenta. Multitasking. Tidak berlebihan ungkapan ini, kemampuan otaknya berpikir dan potensial kekuatan yang tersimpan dalam kelembutan seorang perempuan mampu memberi energi positif yang kadang tak terbayangkan. Begitu juga sebaliknya.

Minggu ini ada tiga hal yang harus kami renungkan dan ikat maknanya. 

1. Apa yang sudah dan akan saya lakukan untuk mengubah pola kehidupan yang terkait social sustainability

2. Mengidentifikasi perilaku sosial masyarakat di daerah sekitar terkait perilaku social sustainability

3. Apa yang bisa saya lakukan untuk mengubah perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik?

Terkait dengan perilaku social sustainability atau pola hidup yang berkelanjutan alhamdulillah sudah sejak lama saya lakukan meski masih ditingkatkan minimal. Mama adalah guru pertama saya untuk bijak mengelola barang atau sampah utamanya plastik. Jauh sebelum ada himbauan dan jargon 'Go Green'.

Beliau memberikan contoh bagaimana menggunakan plastik yang masih bersih sekiranya masih bisa dipakai lagi dikumpulkan disuatu tempat untuk kami gunakan lagi. Tidak mudah membuang ke tong sampah. Begitu juga dengan dus, dirapikan di satu wadah untuk dipakai lagi satu saat kami butuh.

Penggunaan air juga begitu, mama nggak lelah mengingatkan jika air bekas wudhu baiknya ditampung. Hasil tampungan bisa dipakai untuk menyirami tanaman atau membersihkan lantai. Jadi tidak banyak yang mubazir. Belajar menghargai air dan mengingat bagaimana perjuangan orang-orang yang kesulitan mendapatkannya. Sebagai anak sulung pengalaman tentang kesulitan air jadi sangat spesial, sebab saya pernah ikut merasakan kenikmatan mencari air bersih untuk keperluan sehari-hari. Saya semakin bisa menghayati apa yang beliau ajarkan itu, sehingga ketika sudah menikah pola ini masih terus saya lakukan.

Wadah bekas cat tembok untuk tempat penampungan air wudhu

Urusan memasak saya juga mendapatkan warisan nasihat dari beliau. Jika memasak sesuatu pancinya ditutup agar lebih cepat matang supaya hemat gas dan waktu juga. Lalu, untuk memasak yang sekiranya membutuhkan waktu lama beliau juga memberi saran untuk menggunakan pressure cooker

Ah ya setiap kali pergi belanja atau kemana saja saya pergi saya berusaha membawa tas belanja sendiri. Setiap ransel atau tas apapun yang akan saya bawa pergi biasanya sudah tersedia di dalamnya tas belanja besar dan kecil. Awalnya saya dianggap aneh dan sok karena menolak plastik dan lebih pilih pakai wadah sendiri tapi menurut saya pribadi ini keren jadi buat apa pusing. Keren bukan karena sol jagoan tapi merasa beruntung sudah mendapatkan ilmu bagaimana dampak jika kita tidak bijak pada limbah kita sendiri. Toh bakal akan berpulang ke kita lagi. Rantai makanan dan rantai kehidupan itu berlaku kekal. Misal plastik dibuang ke sungai hanyut terbawa sampai laut, plastik termakan ikan terus ikan terjaring nelayan, dan dikonsumsi manusia. Efeknya bisa jadi penyakit macam-macam yang membahayakan manusia. Kalau sudah begitu mau menunjuk siapa lagi yang paling bersalah?

Lampu di rumah juga sudah menggunakan LED semua, selain cahaya jauh lebih nyaman di mata. Tagihan listrik bulanannya pun aman. Lampu hanya dinyalakan di tempat utama dan yang ada aktifitas, sisanya saya matikan.

Berkaitan dengan lingkungan yang paling jadi perhatian saya adalah pengelolaan sampah. Lalu, empat tahun lalu saya berusaha untuk menyampaikan kepada Ketua RT di komplek perumahan saya waktu itu. Ide itu disambut dan disambungkan kepada warga. Alhamdulillah diupayakan untuk dicoba. Awalnya berupa tabungan yang setahun sekali ditukarkan sembako atau alat rumah tangga senilai tabungan rosok (sampah) tersebut. Meski ya memang tidak semua memiliki antusiasme yang sama. Berjalannya waktu ada beberapa perubahan yang disepakati. Usulan untuk semua rosok dikumpulkan bukan lagi atas nama pribadi, melainkan tabungan donasi rosok. Peruntukannya waktu itu untuk menambahkan biaya piknik RT per tiga tahunan atau ketika pergantian Ketua RT baru. Saat ini donasi tersebut masih berlanjut. Uang dikelola untuk dimasukkan kas dan disalurkan kepada warga RT yang membutuhkan tanpa bunga. Atau jika RT sedang membutuhkan barang inventaris maka diambilkan dari dana tersebut. Misal paling baru adalah untuk tambahan dana pembelian dan pemasangan CCTV di komplek RT. Kami bekerjasama dengan tukang rosok langganan yang datang untuk memilah dan menimbang sampah yang sudah dikumpulkan itu. Mungkin harapannya di masa yang akan datang bisa bekerjasama dengan lembaga tertentu untuk mengedukasi tentang jenis-jenis sampah yang bisa didaur ulang. Bila saja pemahaman warga tentang sampah terbuka mengenai keuntungan bijak mengelola sampah dan kerugiannya. Saya yakin mungkin akan tumbuh skema kesadaran baru yang lebih peduli pada lingkungan (bumi).

Penimbangan Tabungan Sampah_Dokpri 2017

Langkah terbaru yang saya upayakan adalah usulan mengelola jelantah. Beberapa tahun lalu saya pernah mengetahui bahwa minyak goreng bekas dapat dijadikan bio diesel. Tapi waktu itu kalau tidak salah baru ada di Yogyakarta. Akhirnya saya hanya masukkan ke botol atau plastik untuk dibuang ke tempat sampah dan diangkut ke TPA (tentu dengan perasaan bersalah). Sambil berusaha mencari informasi kepada teman-teman. Alhamdulillah akhir tahun saya mendapatkan informasinya, kemudian saya beranikan diri kembali mengusungnya ke forum Dawis. Ya, saya coba ke lingkup yang lebih kecil dahulu jika sudah selesai memberikan bukti, baru melangkah ke lingkaran yang lebih besar.

Tabungan Jelantah

Sekali lagi dengan narasi yang sederhana alhamdulillah usulan saya diterima dan mulai bergerak sejak akhir November tahun lalu. Meski sekali lagi tidak semua dalam frekuensi antusias yang sama tapi yang terpenting sebagian besar telah mengambil peran. Konsepnya hampir sama kerelaan, jadi jelantah ini gerakan donasi untuk jadi tabungan yang bisa untuk menambahkan tabungan yang dikelola untuk dijadikan simpan pinjam. Sejauh ini meski tertatih karena dari 15 KK yang skala memasaknya adalah rumah tangga kecil. Maka pengumpulannya pun tidak secepat jika masak partai besar tiap hari. Kami tetap bersyukur sebab kini sudah ada terkumpul hampir satu jerigen dengan volume isi kurang lebih 18 liter. Jika sudah penuh pengepul yang telah bekerjasama dengan kami akan datang untuk mengambilnya.

Masih banyak sebenarnya impian terkait isu sampah yang ingin disampaikan kepada warga sebagai bentuk edukasi. Namun, membaca situasi dan kebutuhan warga tentu perlahan saya akan tetap mengupayakan edukasi kepada tetangga sekitar untuk lebih bijak mengelola sampah. Minimal memisahkannya yang organik dan anorganik. Bahwa sampah kita tidak hanya selesai ketika sudah dibawa ke TPA. Jika mampu ingin mengajak untuk mengolahnya seperti membuat ecobrick atau jelantah nanti dibuat jadi sabun atau barang lain yang  bernilai ekonomis yang bisa meningkatkan hajat hidup warga terutama yang membutuhkan. 

Terpenting lagi kesadaran bahwa ada kehidupan lain yang di semesta ini yang perlu diperhatikan hajat hidupnya, sebab manusia hidup di bumi ini juga terus tergantung pada alam. Saya pribadi percaya alam ini bukan warisan yang kemudian diturunkan kepada anak cucu kita. Jika warisan tentu akan terus berkurang keutuhan dan nilainya. 
Sesungguhnya alam ini merupakan pinjaman dari anak cucu kita. Hak mereka yang harus dijaga dan dikembalikan dalam keadaan yang sebaik-baiknya.

Semoga perilaku menjaga keseimbangan dan hidup kesinambungan dengan alam ini yang akan diwariskan kepada anak keturunan kita. 

Aamiin Yaa Rabb'allamiin





#materi3 
#empathy 
#charity 
#filantropi 
#sustainability 
#kelashabituasisejutacinta 
#ibuprofesional 
Read More

Perburuan Apel Si Ulil : Jurnal Minggu Keempat Bunda Cekatan Institut Ibu Profesional

Selasa, 11 Februari 2020

Minggu ini memasuki jurnal minggu keempat, perjalanan si Ulil menuju kebun apel. Keranjang besar sudah dibawa serta untuk memetik apel-apel ranum dan manis. Siap dibawa pulang dan dinikmati kelezatannya. Namun, Ulil rupanya masih terlalu kenyang untuk mencari cemilan terlalu banyak. Hingga ia memutuskan hanya akan memetik satu buah apel saja.

Begitu kira-kira ilustrasinya, dilema hati yang kalau saja dituruti pasti tak hanya sekeranjang dibawa pulang ilmu-ilmu yang sangat ingin dipelajari. Tetap memegang peta memang salah satu kunci agar tidak tersesat.

Minggu ini aku sengaja hanya memilih menikmati Go Live di Facebook Group (FBG). Tidak semua tayangan aku tonton hanya yang sesuai mind map. Takut kebanjiran informasi malah nggak tuntas belajarnya. Itupun karena sinyal juga selalu saja terputus atau disconnect. Alhasil harus disimpan dahulu dan ditonton ulang saat sudah menjelang istirahat di rumah dalam kondisi tenang serta menunggu jaringan stabil. Ada satu Go Live yang aku jadikan cemilan prioritas minggu ini yaitu Go Live dari keluarga literasi. Lainnya masih tersimpan rapi di album entah besok atau lusa pasti akan dinikmati.

Melalui Go Live keluarga literasi ada satu ilmu yang sempat tertangkap bahwa masalah rendahnya minat baca di negara kita ini juga disponsori oleh kualitas buku itu sendiri. Baik dari cover maupun isinya kurang menarik para calon pembaca. Jadi memang harus saling mendukung.

Makanan besar tentu saja tetap ada di meja keluarga Getar Suara. Pilihan untuk fokus di keluarga ini karena memang dalam mind map yang aku buat belajar Public Speaking merupakan urutan pertama. Ilmu yang memang masih sangat awam buatku, meski bicara di depan banyak orang bukan hal baru bagiku. Berbicara di sini yang aku maksud bukan seperti pengalaman teman-teman anggota keluarga getar suara lainnya yang memang sudah lumayan tinggi jam terbangnya. Mengajar. Ya, itulah pengalamanku bicara di depan banyak orang. Tapi itu dulu saat sebelum aku resign dan memilih berada di luar sistem pendidikan formal. Memilih menjadi konselor pendidikan dengan jam terbang bebas. Tak disangka justru ruang-ruang konseling yang tadi intim alias privat, kini semakin luas. Sesekali diundang sebagai narasumber di acara parenting dan diminta untuk memotivasi anak-anak remaja. Hal ini membuatku merasa makin butuh nutrisi keilmuan yang sepadan untuk membuat ucapan dan ujaran diri lebih berdampak dan tersampaikan dengan baik.

Alhamdulillah saat bulat memutuskan tetap menuntaskan menuntut ilmu dari anggota keluarga getar suara yang pengalamannya luar biasa dan juga murah hati berbagi ilmu. Makin banyak yang bisa diserap untuk menambah keranjang makanan utamaku. Minggu ini telah beberapa kali mengadakan Go Live di FBG keluarga Getar Suara.

Go Live pertama di FBG Getar Suara dipersembahkan oleh Kakanda Indah Laras. Nggak perlu diragukan lah pengalamannya belasan tahun di dunia Public Speaking baik event on air maupun off air. Meski terkendala sinyal yang aduhai asyiknya tapi tetap bisa dilumat ilmunya untuk ditelan biar ndaging begitu katanya he-he-he.

Beliau menyampaikan tentang Fear of Rejection, Personal Branding dan Pemilihay Diksi. Bahwa kita nervous atau grogi saat tampil itu lebih dikarenakan ada perasaan takut ditolak, tidak diapresiasi orang lain, serta belum apa-apa sudah merasa diri buruk saat akan tampil. Pikiran itu terus menghantui dan berputar-putar di otak kita yang pada akhirnya menjadikan mental block.
Pemikiran ini muncul karena menganggap orang lain atau apresiasi orang lain sulit kita kendalikan. Memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa. Oleh karena itu kita harus berlatih kepekaan memahami situasi. Belajar mengontrol diri mana hal yang bisa dikendalikan oleh kita dan mana yang bukan jangkauan kita untuk mengendalikan. Salah satu syarat disebut pembicara yang baik adalah jika ia mampi mengontrol dirinya. 

Kedua tentang Personal Branding. Tentu saja ini bukan lah hal yang ajaib yang bisa didapatkan dengan tiba-tiba. Semua dibentuk melalui proses dengan cara berlatih dan terus melakukannya. Kita yang mampu melihat keunikan diri kita dan memilih keunggulan mana yang akan ditampakkan untuk jadi diri yang dikenal orang lain. Yakini, dan terus tekuni.
 
Ketiga tentang pemilihan kata atau diksi yang tepat. Kata harus dipilih sesuai waktu dan tempatnya. Itulah yang jadi acuan kita dalam tampil di hadapan audiens. 

Ketika ketiga faktor yang dijelaskan tadi sudah dilakukan, sesuai, tepat, maka pasti pesan juga kesan yang ingin kita sampaikan lebih mampu dipahami dan diterima orang lain.

Menu tambahan yang diberikan beliau adalah tentang Air Personality & Voice Over.

Air Personality yaitu kemampuan yang harus dimiliki seorang penyiar dalam mengolah suaranya agar ear catching. Artinya  suara harus nyaman juga enak didengar, tulus menyapa dan berbicara jangan cuma lip service atau tuntutan script. Sebab, itu pasti akan sampai ke telinga pendengar. 

Voice over adalah mengisi suara di belakang layar. Sebenarnya ini sedikit berbeda dengan bahasan public speaking yanh diunruo tampil di depan umum. Membahas voice over hal yang terpenting harus dipahami adalah artikulasi, suara, tone, emosi, ritme, tempo dan irama. Dimana voice over digunakan? Biasanya untuk sulih suara, mendongeng, backsound iklan, sandiwara radio, dan lain sebagainya.

Mungkin satu materi dulu yang disampaikan supaya yang mau ikut belajar dan baca bisa ikut mengunyah dengan baik. Yoyoiii.. semangat belajar BeiBuns sampai jumpa dimenu selanjutnya ya...jangan kapok!

Read More

Di antara 2 Hati : Charity or Philanthropy ?

Minggu, 09 Februari 2020


Hai...hai, 

Assalamu'alaikum, BeiBuns! 

Jangan tertipu judul ya? Belum mau nulis cerpen apalagi novel meski tetap target pribadi tahun ini target buku solo bisa terealisasi. Ayo dong doa dan amin-nya nggak boleh malu, boleh lah yang seru! He he he
Tulisan kali ini terkait tugas materi kedua Sejuta Cinta Ibu Profesional. Kalau di tulisan tugas materi pertama sempat aku ceritakan kalau ada perasaan de ja vu. Nah, dimateri kedua pun aku merasa benang merah itu semakin tebal. Apa yang menjadi kecenderungan pikiran dan pemikiranku selama ini. Ada banyak pertemuan "jodoh" pada materi kedua ini. 

Sejak menikah aku dan suami memang sering terlibat obrolan tentang bagaimana caranya agar sedekah kita produktif. Berkelanjutan. Tidak hanya sekedar membantu tapi juga membuat mereka yang menerima pun terangkat harkat dan martabatnya. Tidak hanya menjadi penerima saja. Banyak yang tidak setuju dengan pemikiran ini. Kalau sedekah atau infaq, ya kalau mau beri ya berikan saja. Nggak perlu diingat atau dihitung. Tapi kami tidak bisa berpikir begitu. Kami tidak ingin menjadi penyebab si penerima terjebak zona nyaman terus berperan sebagai si "tangan di bawah". Atau lebih buruknya malah jadi malas untuk memaksimalkan potensi yang bisa dikembangkannya. 

Belakangan baru mengerti apa yang kami maksudkan itu disebut gerakan philanthropy. Sedangkan yang bersifat insidental dikenal dengan charity. Waktu terus berlalu hingga akhirnya aku menemukan sebuah lembaga yang membuatku semakin kenal semakin jatuh cinta.

APA BEDA CHARITY DAN PHILANTHROPY?

CHARITY

Berasal dari kata Perancis kuno “Chrite” yang artinya menyediakan keperluan bagi yang membutuhkan, kemurahan hati dan memberi. Praktik charity melibatkan pemberian uang, barang, atau waktu untuk orang yang tidak beruntung, baik secara langsung atau melalui lembaga.


Charity cenderung emosional, respon langsung yang terutama fokus pada penyelamatan dan pertolongan.


Sifat Charity adalah direct giving dan hanya untuk mengatasi symptom atau
gejala.


FILANTROPI (PHILANTHROPY)

Berasal dari bahasa Yunani yang dapat diterjemahkan sebagai “Love of a mankind”, artinya  cinta untuk sesama manusia.

Filantropi kemudian dimaknai sebagai upaya untuk berbagi menyalurkan sumber daya dan berderma secara terorganisir untuk kepentingan strategis jangka panjang dan berkelanjutan.

Hal yang menarik dari kegiatan filantropi beberapa tahun terakhir ialah sisi pemberdayagunaannya yang kian meluas. Misalnya, untuk filantropi keagamaan kini tidak hanya terbatas pada pembangunan masjid, bencana, atau pun membantu anak yatim, tetapi sudah masuk ke ranah yang lebih strategis. Misalnya, untuk pemberdayaan ekonomi, perempuan, antikorupsi, advokasi buruh migran, pemberdayaan buruh, dan lain sebagainya.

CHARITY VS FILANTROPI

• Perbedaan utama adalah bahwa Charity bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dari masalah sosial tertentu, sedangkan Filantropi mencoba untuk mengatasi sumber masalah dari akarnya.


• Contoh kegiatan charity memberikan obat pereda rasa sakit kepada pasien penyakit malaria, sedangkan dalam kegiatan philanthropy kita memberi pengetahuan kepada masyarakat yang terkena dampak atau mendukung penelitian medis dalam menemukan obat untuk penyakit malaria.


Itu lah perbedaan antara kegiatan charity dan filantropi.

Tahukah BeiBuns? Berdasarkan
CAF (Charity Aid Foundation) tahun 2018 World Giving Index, Indonesia menjadi negara pertama dari 146 negara yang disurvey sebagai negara paling dermawan di dunia. Luar biasa ya, Masya Allah. Tabarakallah. Nih bisa dilihat di sini video tayangannya.


Ukuran kedermawanan tersebut  berupa:

✓ Donasi Uang, 
✓ Partisipasi sebagai Relawan dan
✓ Kesediaan Membantu Orang Asing


Rasanya sangat disayangkan kalau potensi yang sangat luar biasa mengenai tingkat kedermawanan orang Indonesia ini tidak dikelola dengan profesional. Maka memang sangat diperlukan lembaga, yayasan, ataupun organisasi kemanusiaan yang mampu merancang lebih banyak program yang mampu mengentaskan segala macam kesenjangan ekonomi, kesehatan, transportasi, pangan dan lain sebagainya.

Salah satu yang sudah sejak lama jadi andalanku dan semakin lama aku juga suami jatuh hati. Organisasi kemanusiaan atau lembaga sosial ini bernama Aksi Cepat Tanggap (ACT). Entah kenapa membaca materi tentang filantropi dan saat tugas pengamatan ini diumumkan, langsung saja refleks dalam hati mengarah pada organisasi ini.

Terbayang kebahagiaan bisa berkunjung dan bersilaturahmi ke Branch Office ACT Semarang. Tentu saja jika cukup waktu ingin menyambangi kantor cabang Semarang yang terletak di jalan Dr. Wahidin No. 213, RT.001/RW.01, Kaliwiru, Kec. Candisari, Kota Semarang, Jawa Tengah 50253. Namun, sayang karena keterbatasan waktu akhirnya hanya wawancara WhatsApp dengan bapak Giyanto selaku Branch Manajer ACT Jawa Tengah. 

Sekali lagi skenario Allah memang luar biasa, karena ketika diskusi dengan suami eh malah bilang punya kontak beliau dan salah satu humas ACT. Syukurku bertambah karena suami tercinta mau menjadi jembatan untuk menyambung lidah pertanyaan-pertanyaan yang aku ajukan. Wohoohohooo...senang sekali dong pasalnya aku kenal lembaga ini lumayan lama sekitar kalau tidak salah tahun 2014 akhir dan memang penasaran sekaligus kagum dengan pergerakannya yang semakin meningkat pesat kemanfaatannya.  

Berulangkali bahkan tebersit ingin jadi relawannya tapi tentu banyak sekali pertimbangannya salah satunya pasti ijin dari MasBo. Ya, sudah akhirnya memutuskan urun tangan sejak tahun 2015 hingga sekarang dengan sedikit berkontribusi melalui beberapa program yang ada di ACT.

Bapak Giyanto menjelaskan secara singkat bahwa ACT merupakan lembaga philanthropy yang bersifat makro, berkelanjutan, dan terukur dengan baik.

Sebuah lembaga nirlaba yang lahir karena kondisi kebencanaan hebat yang terjadi pada tahun 2004 di Aceh. Lembaga kemanusiaan ini awalnya berkonsentrasi di dunia bencana dengan berbagai program mitigasi, emergency, recovery. ACT melahirkan Disaster Emergency Respon  Manajemen (DERM) dan Sekolah Mitigasi Disaster Manajemen Institut of Indonesia (DMII).

Kini ACT telah bertransformasi menjadi sebuah lembaga yang berkonsentrasi untuk  dapat menyelesaikan isu kemiskinan dengan berbagai program pemberdayaan.

Beliau juga menyampaikan harapan terdalam dan terjauh ACT adalah menjadi lembaga kemanusiaan global profesional berbasis kedemawanan dan kerelawanan untuk menjadikan dunia lebih baik. ACT ingin menjadi lembaga global yang berpengaruh di dunia sehingga mengharumkan bangsa indonesia. Hal ini sesuai visi Aksi Cepat Tanggap tahun 2012.

Penting nih buat BeiBuns tahu kalau Aksi Cepat Tanggap lahir pada momentum yang sarat dengan pesan motivasi yaitu 21 April 2005 (12 Rabiul Awal 1426). Tepat di peringatan hari lahir RA. Kartini dan juga hari lahir Rasullullah Muhammad. Tentu ini bukan hanya kebetulan belaka tapi atas perkenan-Nya pula.

Tentu gerakan kebaikan ini tidam terlepas dari peran para donatur atau dermawan sebagai salah satu penggerak kegiatan kemanusiaan yang dilakukan ACT. Galang donasi berasal dari kemitraan, publik, online, kotak donasi, perusahaan, dan juga event.

Teknis penggalangannya dengan menyebar pamlet, poster digital, spanduk, info di berbagai market. Atau bisa langsung lewat e-banking, mobil banking, dan landing page. Donatur terbesar yang mampu terjaring berasal dari korporate dan event.



Nah, buat yang tertarik dan memenuhi kualifikasi menjadi relawan. Beliau menjelaskan bahwa siapapun bisa menjadi relawan dimanapun dan kapanpun. Namun untuk penerjunan tentu sesuai dengan kemampuan yang terus di upgrade.

Sistem rekruitment relawan didapat melalui berbagai cara antara lain seminar, sosial media, dan direct personal.


Luar biasa ya? Sebuah gerakan kemanusiaan yang bukan tidak mungkin mampu menggerakkan peradaban yang penuh cinta. Mengikis perilaku manusia yang kini semakin berkurang kepeduliannya terhadap sekitarnya.

Mengutip tulisan presiden ACT Bapak Ahyudin di buletin 'Benefit' vol.1 bulan April 2105. Gelombang kekuatan kemanusiaan itu akan menjadi sebuah gaya hidup, menjadi nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan pada akhirnya akan membentuk sebuah peradaban bernama; "Peradaban Humanis" (kemanusiaan). Inilah peradaban dimana kepedulian atau gairah ingin menolong sesama manusia (humanity) mewujud ke dalam bentuk kedermawanan (philanthropy) dan kerelawanan (volunteerism) untuk berbuat. Siklus tersebut merupakan jawaban yang indah dari segala sumber permasalahan yang bermula dari ketidakpedulian.

Produk ACT semakin tahun semakin nyata kiprahnya dalam masyarakat dalam negeri dan juga luar negeri. Aku sendiri saat bergabung dan berkenalan dengan lembaga ini karena program global qurban. Program ini juga semakin mengembangkan sayap gerakannya dengan memberdayakan masyarakat untuk menjadi peternak atau disebut dengan Lumbung Ternak Masyarakat (LTM). Lalu, ada program tabungan qurban, qurban progresif, dan amazing qurban.

Berikut ada beberapa gambar yang bisa saya bagi bersumber dari katalog ACT tahun 2019. Selengkapnya bisa dilihat di sini atau jika ingin info lebih lengkap silahkan kunjungi situs resmi ACT.

















Semoga makin mantap pilihan hatinya, mau pilih charity atau philanthropy semua berpulang pada kita.  Manakah yang paling berdampak membuat lebih banyak orang bahagia? Terpenting jangan berhenti berbuat kebaikan dan terus menginspirasi.

Salam baik, BeiBuns.


Sumber Referensi :

Materi#2 Habituasi Sejuta Cinta Ibu Profesional


#materi2 
#empati
#charity
#filantropi
#HabituasiSejutaCinta 
#SejutaCinta
#IbuProfesional
Read More

4 Tips Dasar Public Speaking yang Patut DiCoba Biar Makin Kece!

Selasa, 04 Februari 2020



Jurnal minggu ketiga ini sesungguhnya ingin aku beri judul Kisah Luar Biasa Pertemuan Si Ulil Bertemu Keluarga Barunya. Biar semakin terasa seperti sedang melakukan perjalanan di negeri dongeng. Ih, jangan diketawain dong serius lah ini BeiBuns! Tiap minggu rasanya meski tergopoh-gopoh mengikuti kelas bunda cekatan batch 1 IIP ini kok ya tetap merasa tertantang untuk bisa selamat sampai tujuan. Seringkali kewalahan karena harus tandem dengan aktivitas lainnya plus masih pemuja aliran Deadliner garis keras jadi ya makin timik-timik lah diriku ini.

Tantangan bukan sembarang tantangan di kelas ini selalu saja ada kejutan yang bikin ketagihan. Ya, betul itu yang terjadi sama aku sih jadi tiap selesai materi, diskusi dan kirim tugas jurnal. Terus secara nggak sadar tanya, "Besok ada apa lagi ya? Aku harus siap-siap apa nih!".

Kurang lebih begitu juga yang aku rasa di jurnal ketiga di kelas ulat. Setelah kemarin "dipaksa" untuk kirim video atau audio dan melahirkan channel YouTube pribadi yang sungguh masih acak adut itu. Malu sih tapi harus nekat keluar dari zona nyaman supaya belajarnya nggak tanggung-tanggung. Tentu nekat ini tetap pakai standar rasionalitas kemampuan pribadi dan kesadaran sesuai tema besar proyekku tahun ini, Mindfulness.



Minggu ini kami diminta untuk merapatkan diri ke keluarga baru sesuai dengan apa yang telah kami tulis di mindmap. Jika lebih dari satu maka pilih yang paling mendesak. Hiyaaaa...kenapa pesan itu muncul karena begitu banyak hidangan-hidangan dari keluarga lain yang sulit untuk tidak dilirik. Huft....suka tidak suka ya memang harus kembali fokus pada apa yang benar-benar jadi prioritas utama kami.

Setelah galau beberapa waktu, maka dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang aku memutuskan sesuai yang aku gambar di peta pikiran, aku pilih keluarga Public Speaking. Memilih ini karena memang saya butuhkan untuk semakin mendukung passion saya sebagai konselor dan motivator yang ingin lebih berani bicara di depan kelas atau ruang besar dengan audience tak hanya anak remaja saja.

Luar biasa! Itu kesan pertama saat pertama masuk rumah keluarga ini. Obrolan mengalir seru, renyah dan pastinya hangat. Jujur ya ada minder juga karena rupanya sudah banyak yang praktisi dan master di bidang huhuhiks....Tapi alhamdulillah mungkin karena mindset semua guru dan semua murid perlahan rasa minder ini melipir dengan sendirinya. Niat ingsun sinau!



Kepala keluarga (KK) ini adalah mbak Imaniar Prastiwi. Mamak KK yang gesit dan bikin ayem anggota keluarga lainnya. Keluarga ini terbilang singset dan padat hingga buat obrolan kami yang ber-27 orang makin intim. Ah ya nama keluarga ini 'Keluarga Getar Suara' cukup mewakili aura kami sekeluarga kan? Sama-sama satu passion yang suka 'ngomong' untuk menyampaikan pesan dengan suara. Sesi diskusi yang asyik, semuanya saling bertukar ilmu dan pengalamannya yang daging semua buatku. Tiap celotehan kadang malah buat aku senyum-senyum sendiri.

Semakin terasa dibuai dengan pesan suara (voice note) juga podcast yang bertebaran dalam grup keluarga ini. Merdu, syahdu, mendayu-dayu...ah...makin jatuh hati menimba ilmu. Berlanjut berbagi video tutorial sebagai rujukan. Saling bertukar ilmu dengan gayanya masing-masing. Mbak Indah Laras berbagi pengalamannya yang nggak bisa dibilang sebentar jadi penyiar radio dan juga pembawa acara off air. Mbak Fajrina Addien dengan gaya kocaknya yang bikin kencang muka karena ketawa lihat video tutorialnya. Gaya ini pula yang akhirnya seluruh anggota keluarga sepakat untuk mengangkat beliau jadi ambassador keluarga getar suara nanti saat Go Live. Stay tune ya BeiBuns di jam tayang besok!

Hasil diskusi keluarga kami jika dirangkum kurang lebih ada empat tips yang bisa dibagi untuk bisa jadi Public Speaker yang baik.

1. Be Your Self

Ini kunci dan modal utama, temukan keunikan diri, asah dan arahkan untuk jadi kekuatan.




2. Mengatasi Demam Panggung

Banyak nih yang tanya dan pasti juga banyak yang mengalami. Kenali masalahnya dan tenggelamkan demamnya! Tipsnya kuasai materi, karakteristik audien, pandang penonton yang melihat atau tersenyum pada kita, dan tentu saja perbanyak jam terbang untuk praktek.



3. Mengatur Tempo Suara

Kontrol suara sangat perlu dalam Public speaking, jangan terlalu cepat dan jangan terlalu lambat. Jangan terlalu larut terbawa oleh emosi. Buat suara powerfull dari awal namun harus tetap nyaman didengarkan.



4. Make Up for Performance

Berdiri di depan banyak orang dan membawa misi menyampaikan pesan tentunya nggak bisa dong sembarangan. Jangan terlalu minimalis karena bakal jadi sentral pandangan orang dan jangan juga "too much".



Itu saja cerita kehebohan dan keseruan minggu ini dalam gelar diskusi keluarga getar suara. Masih banyak sebenarnya yang masih ingin dibahas lebih lanjut seperti tentang opening act, air personality, artikulasi tapi kami kerucutkan pada tips dasarnya dulu biar aku anak bawang ini paham dan belajar makin kece jadi Public Speaker. Eaaa...eh doakan lho ya! Semoga juga kemesraan keluarga getar suara ini terus langgeng.


#janganlupabahagia
#jurnalminggu3
#materi3
#kelasulat
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional
Read More

Ini 3 Kebaikan Pengikat Makna ala Dee Irum. Let's, Pay It Forward!

Minggu, 02 Februari 2020


Senyum dan merasa De Ja Vu. Yap! Itu reaksi saya pertama kali membaca tugas perdana dari kelas habituasi sejuta cinta Ibu Profesional. Tentu kilasan balik rasa dan ingatan yang baik yang kembali. Ada rasa hangat yang misterius sekaligus perasaan tak percaya. Bukan mendramatisir tapi ya memang begitu adanya. Sampai akhirnya iseng kirim pesan ke salah satu grup WhatsApp yang memang berisi para sahabat. Saya cuma mau bilang jika saya merasa 'De Ja Vu' dengan tugas keranjangnya Sejuta Cinta.

Kenapa merasa begitu? Mau tahu? Bener? Oke...oke saya akan coba ceritakan singkat ya. Waktu itu tahun 2011 sewaktu masih menjadi konselor sekolah alias guru bimbingan konseling (BK) saya pernah memberikan tugas yang kurang lebih sama seperti yang sekarang ini saya kerjakan. Tahun itu adalah tahun pertama saya berkesempatan menjalani apa yang menjadi cita-cita saya menjadi Guru BK  yang berlatar pendidikan Psikologi bagi anak sekolah menengah alias remaja. Berbagai idealisme dan impian ada di benak saya di tahun-tahun itu. Menciptakan lingkungan sekolah yang ramah anak, menciptakan ruang ekspresi dengan memetakan minat dan bakat mereka, menjadi 'tempat sampah' yang nyaman bagi mereka yang sedang berada di pusaran pencarian jatidiri dan seterusnya. Meski...yah..nggak semua orang bisa memahami pemikiran "aneh" itu. Ah, jadi rindu.

Saat itu menonton film merupakan media pembelajaran alternatif yang saya gunakan untuk menyampaikan materi. Film psikologi utamanya sering saya gunakan untuk mentransfer ilmu tentang isi sosial, kepekaan dan sekaligus pembentukan karakter. Biasanya setelah menonton akan ada diskusi kelompok untuk membahas pesan moral apa saja atau bermain peran mengambil sebuah fragmen penting yang menurut mereka menarik.


Film 'Pay It Forward' (2000) adalah salah satu film yang kami tonton, karena keterbatasan waktu tidak bisa kami selesaikan di kelas. Oleh karena itu saya meminta anak-anak untuk menyelesaikan di rumah bersama orang tua mereka. Pertemuan berikutnya baru kami diskusikan dan di akhir pembahasan saya memberikan tugas untuk membuat proyek sosial. Bisa dilakukan sendiri atau berkelompok. Waktunya selama satu semester sebagai syarat pertimbangan nilai perilaku. Pertemuan yang lain masih terkait dengan proyek tersebut, saya membagikan video dari YouTube tentang Live Vest Inside. Sebagai penguat motivasi mereka untuk berbuat sesuatu yang bermakna di sekitarnya. Unbelieveable! Ternyata anak-anak begitu antusias mengerjakan itu semua. Proposal proyek sosial mereka begitu luar biasa mencengangkan buat saya. Maa syaa-Allah!


Nah, terkait tugas pertama untuk mengantarkan tiga kebaikan ini. Saya sebenarnya malu mau menuliskannya takut mengurangi rasa yang pernah ada he he he. Tapi meskipun "receh" jika tak ditulis mana lah bisa menginspirasi orang lain. Saya jadi ingat perkataan saya ke anak-anak ideologis saya waktu itu, "Nggak perlu jadi Superhero untuk bisa mengubah dunia. Cukup dari dirimu sendiri dengan versi yang terbaik dan berdampak lah dengan manfaat yang terus dilipatgandakan!". Kata-kata itu seperti menasihati diri saya sendiri. Sudah sampai mana?



Minggu ini hal baik pertama yang ingin saya bagi adalah ketika ada seorang ibu penjual kolang-kaling keliling datang ke rumah untuk menawarkan dagangannya itu kepada saya. Gula aren dan tentu saja kolang-kaling. Padahal saat itu keuangan kami benar-benar sedang kritis, mulut sudah ancang-ancang menolak. Tapi demi melihat peluh di dahinya yang ia usap berulang kali rasanya kok nggak tega. Saya lihat sekitar rumah pagi itu, padahal ada beberapa rumah tetangga yang pagarnya terbuka. Tapi entah mengapa beliau memilih belok ke rumah saya. Saya dan suami yang hendak berangkat ke kantor pagi itu saling berpandangan. Paham sekali saya dengan tatapannya. Akhirnya saya pun mengatakan iya bersedia untuk membeli kolang-kaling tiga bungkus dan gula aren satu kilo. Mata beliau begitu berbinar. Saya tersenyum, padahal masih belum tahu entah berapa uang di dompet yang tersisa kala itu. Masuk ke rumah saya berharap semoga cukup dan...alhamdulillah semuanya pas! Ketika saya mengambil uang, si ibu berucap meminta air minum karena ia haus sekali. Deg! Sekali lagi saya merasa bahagia karena beliau tidak segan memintanya kepada saya. Tuhan begitu mudahkan saya berbuat kebaikan dengan cara sederhana. Saya ambil Tumblr pemberian salah satu kolega suami. Pikir saya sekalian untuk mengurangi beban lemari saya, sebab jarang juga saya pakai Tumblr tersebut. Tak disangka si Ibu begitu bahagia beliau menghujani saya dengan kata terima kasih. Melihat senyum beliau saya merasa sangat ringan dan bahagia.
Kedua, kebaikan yang saya lakukan adalah program pribadi saya untuk tiap hari Jumat membuka semacam market day di status media sosial saya. Jadi, bagi teman-teman yang memiliki jualan barang dan jasa bisa mengirimkan gambar dalam kolase serta caption yang menarik untuk saya pajang di status media sosial saya. Harapannya ada dari kontak saya yang berjodoh untuk saling bertransaksi atau sekedar silaturahmi terlebih dahulu. Selama ini masih terus membeku hanya menjadi wacana tapi kali ini berhasil terealisasi untuk pertama kali.
Ketiga, hari ini kami bersilaturahmi ke rumah teman yang ternyata sejak pertemuan terakhir kami suaminya sering jatuh sakit. Puji syukur kehadirat Allah Ta'alla waktu saya dan suami datang suami beliau begitu antusias hingga lupa jika beliau masih minum obat. Siang menjelang sore itu hujan cukup deras dan beliau nekat pulang menerobos hujan dari tempat kerja ke rumahnya agar bisa menemui kami. Kata beliau semua rasa sakitnya hilang saat itu, karena bertemu 'sedulur' lebih mahal harganya. Saya, suami dan sepasang suami istri ini saling melempar senyuman mungkin dada mereka pun terasa hangat seperti yang kami rasakan. Kami terus bersenda gurau sambil menikmati mie ayam porsi jumbo yang sore itu terasa nikmat sekali.
Kebaikan dan kebahagiaan memang harus ditularkan. Sungguh bukan kebahagiaan jika kita rasakan sendirian. Satu kebaikan yang kita lakukan dengan suka cita dam sepenuh hati akan terus berkembang dan bertambah satu persatu. Putik demi putik untuk mendapati sari pati yang manisnya akan terus bisa disesap terus sampai nanti.

Itu lah makna yang terlanjur terikat erat di dalam hati, dan enggan sekali membiarkannya pergi. Semoga saja selalu dimampukan untuk mendekati dan mendekapnya lagi...dan lagi.


Sumber Gambar : Google

#SCIP
#Habituasi
Read More