Ini 3 Kebaikan Pengikat Makna ala Dee Irum. Let's, Pay It Forward!

Minggu, 02 Februari 2020


Senyum dan merasa De Ja Vu. Yap! Itu reaksi saya pertama kali membaca tugas perdana dari kelas habituasi sejuta cinta Ibu Profesional. Tentu kilasan balik rasa dan ingatan yang baik yang kembali. Ada rasa hangat yang misterius sekaligus perasaan tak percaya. Bukan mendramatisir tapi ya memang begitu adanya. Sampai akhirnya iseng kirim pesan ke salah satu grup WhatsApp yang memang berisi para sahabat. Saya cuma mau bilang jika saya merasa 'De Ja Vu' dengan tugas keranjangnya Sejuta Cinta.

Kenapa merasa begitu? Mau tahu? Bener? Oke...oke saya akan coba ceritakan singkat ya. Waktu itu tahun 2011 sewaktu masih menjadi konselor sekolah alias guru bimbingan konseling (BK) saya pernah memberikan tugas yang kurang lebih sama seperti yang sekarang ini saya kerjakan. Tahun itu adalah tahun pertama saya berkesempatan menjalani apa yang menjadi cita-cita saya menjadi Guru BK  yang berlatar pendidikan Psikologi bagi anak sekolah menengah alias remaja. Berbagai idealisme dan impian ada di benak saya di tahun-tahun itu. Menciptakan lingkungan sekolah yang ramah anak, menciptakan ruang ekspresi dengan memetakan minat dan bakat mereka, menjadi 'tempat sampah' yang nyaman bagi mereka yang sedang berada di pusaran pencarian jatidiri dan seterusnya. Meski...yah..nggak semua orang bisa memahami pemikiran "aneh" itu. Ah, jadi rindu.

Saat itu menonton film merupakan media pembelajaran alternatif yang saya gunakan untuk menyampaikan materi. Film psikologi utamanya sering saya gunakan untuk mentransfer ilmu tentang isi sosial, kepekaan dan sekaligus pembentukan karakter. Biasanya setelah menonton akan ada diskusi kelompok untuk membahas pesan moral apa saja atau bermain peran mengambil sebuah fragmen penting yang menurut mereka menarik.


Film 'Pay It Forward' (2000) adalah salah satu film yang kami tonton, karena keterbatasan waktu tidak bisa kami selesaikan di kelas. Oleh karena itu saya meminta anak-anak untuk menyelesaikan di rumah bersama orang tua mereka. Pertemuan berikutnya baru kami diskusikan dan di akhir pembahasan saya memberikan tugas untuk membuat proyek sosial. Bisa dilakukan sendiri atau berkelompok. Waktunya selama satu semester sebagai syarat pertimbangan nilai perilaku. Pertemuan yang lain masih terkait dengan proyek tersebut, saya membagikan video dari YouTube tentang Live Vest Inside. Sebagai penguat motivasi mereka untuk berbuat sesuatu yang bermakna di sekitarnya. Unbelieveable! Ternyata anak-anak begitu antusias mengerjakan itu semua. Proposal proyek sosial mereka begitu luar biasa mencengangkan buat saya. Maa syaa-Allah!


Nah, terkait tugas pertama untuk mengantarkan tiga kebaikan ini. Saya sebenarnya malu mau menuliskannya takut mengurangi rasa yang pernah ada he he he. Tapi meskipun "receh" jika tak ditulis mana lah bisa menginspirasi orang lain. Saya jadi ingat perkataan saya ke anak-anak ideologis saya waktu itu, "Nggak perlu jadi Superhero untuk bisa mengubah dunia. Cukup dari dirimu sendiri dengan versi yang terbaik dan berdampak lah dengan manfaat yang terus dilipatgandakan!". Kata-kata itu seperti menasihati diri saya sendiri. Sudah sampai mana?



Minggu ini hal baik pertama yang ingin saya bagi adalah ketika ada seorang ibu penjual kolang-kaling keliling datang ke rumah untuk menawarkan dagangannya itu kepada saya. Gula aren dan tentu saja kolang-kaling. Padahal saat itu keuangan kami benar-benar sedang kritis, mulut sudah ancang-ancang menolak. Tapi demi melihat peluh di dahinya yang ia usap berulang kali rasanya kok nggak tega. Saya lihat sekitar rumah pagi itu, padahal ada beberapa rumah tetangga yang pagarnya terbuka. Tapi entah mengapa beliau memilih belok ke rumah saya. Saya dan suami yang hendak berangkat ke kantor pagi itu saling berpandangan. Paham sekali saya dengan tatapannya. Akhirnya saya pun mengatakan iya bersedia untuk membeli kolang-kaling tiga bungkus dan gula aren satu kilo. Mata beliau begitu berbinar. Saya tersenyum, padahal masih belum tahu entah berapa uang di dompet yang tersisa kala itu. Masuk ke rumah saya berharap semoga cukup dan...alhamdulillah semuanya pas! Ketika saya mengambil uang, si ibu berucap meminta air minum karena ia haus sekali. Deg! Sekali lagi saya merasa bahagia karena beliau tidak segan memintanya kepada saya. Tuhan begitu mudahkan saya berbuat kebaikan dengan cara sederhana. Saya ambil Tumblr pemberian salah satu kolega suami. Pikir saya sekalian untuk mengurangi beban lemari saya, sebab jarang juga saya pakai Tumblr tersebut. Tak disangka si Ibu begitu bahagia beliau menghujani saya dengan kata terima kasih. Melihat senyum beliau saya merasa sangat ringan dan bahagia.
Kedua, kebaikan yang saya lakukan adalah program pribadi saya untuk tiap hari Jumat membuka semacam market day di status media sosial saya. Jadi, bagi teman-teman yang memiliki jualan barang dan jasa bisa mengirimkan gambar dalam kolase serta caption yang menarik untuk saya pajang di status media sosial saya. Harapannya ada dari kontak saya yang berjodoh untuk saling bertransaksi atau sekedar silaturahmi terlebih dahulu. Selama ini masih terus membeku hanya menjadi wacana tapi kali ini berhasil terealisasi untuk pertama kali.
Ketiga, hari ini kami bersilaturahmi ke rumah teman yang ternyata sejak pertemuan terakhir kami suaminya sering jatuh sakit. Puji syukur kehadirat Allah Ta'alla waktu saya dan suami datang suami beliau begitu antusias hingga lupa jika beliau masih minum obat. Siang menjelang sore itu hujan cukup deras dan beliau nekat pulang menerobos hujan dari tempat kerja ke rumahnya agar bisa menemui kami. Kata beliau semua rasa sakitnya hilang saat itu, karena bertemu 'sedulur' lebih mahal harganya. Saya, suami dan sepasang suami istri ini saling melempar senyuman mungkin dada mereka pun terasa hangat seperti yang kami rasakan. Kami terus bersenda gurau sambil menikmati mie ayam porsi jumbo yang sore itu terasa nikmat sekali.
Kebaikan dan kebahagiaan memang harus ditularkan. Sungguh bukan kebahagiaan jika kita rasakan sendirian. Satu kebaikan yang kita lakukan dengan suka cita dam sepenuh hati akan terus berkembang dan bertambah satu persatu. Putik demi putik untuk mendapati sari pati yang manisnya akan terus bisa disesap terus sampai nanti.

Itu lah makna yang terlanjur terikat erat di dalam hati, dan enggan sekali membiarkannya pergi. Semoga saja selalu dimampukan untuk mendekati dan mendekapnya lagi...dan lagi.


Sumber Gambar : Google

#SCIP
#Habituasi

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Tiada kesan tanpa kata dan saran darimu :)



Salam kenal,


Dee.Irum