STOP BEING YOURSELF!

Kamis, 01 November 2018

"Udah lah nggak usah dipikirkan yang penting 'Be Yourself' aja!," nasihat seorang kawan.

"Masa bodoh lah yang penting aku jadi diri sendiri. Suka atau nggak suka, nggak aku ambil pusing. Be myself deh!," celoteh kawanku kala kesal waktu itu.



Mirror.. Mirror On The Wall

Dulu aku nggak pernah ada masalah mendengar kalimat itu, bahkan sering ikut mengamalkannya. Mengatakan dan merasakan euforianya. Berasa paling keren kalau sudah ngomong ke orang lain atau ke diri sendiri untuk "Just Be Yourself!". Lantas sekarang bagaimana?! Sudah berubah kah? Haloooo...come on pals! Ini bener serius ingin tahu kan ya..?
Oke deh, yuk barengan mencerna aja ya..setuju boleh nggak sepakat ya tetap sah-sah aja kok mampir disini apalagi mau lanjut baca tulisan ini sampai tuntas taaass, Hehe. 

Memang ciptaan Tuhan nggak ada yang seragam, si kembar pun pasti ada bedanya. Sebab kalau semua manusia sama bentuk, pikir dan cara merasanya ya pasti nggak asyik  lah hidup ini. Semua bakal datar...flat...nggak asyik. Jadi proses ceritanya begini setelah berjalan bersama waktu yang diberikan Sang Maha Guru untuk menuntut ilmu disegala penjuru aku jadi sadar konsep berpikir import ini udah nggak pas, nggak baik dan nggak benar. 

Eh, lha kok bisa? Bisa lah. Sekarang sederhananya begini sudash seyakin apa sih kita sama kualitas diri kita?  Setinggi apa sih tingkatan kita sampai menolak berubah. Yakin sudah baik, berkualitas prima? Bagaimana kalau diri kita yang sekarang ini adalah diri yang masih  sering mengalami kegagalan dalam beberapa aspek kehidupan. Apakah kita akan begitu saja menerimanya cuma-cuma keadaan tersebut atau harusnya berpikir untuk mencari jalan suksesi. Nah, kalau jawabannya sudah berkualitas tinggi tanpa keraguan, aku ucapkan selamat.. Tapi kalau jawabnya belum yakin, yuk mari sama-sama belajar lagi.

Eits...pasti tadi ada yang bisik-bisik nih kok bisa dibilang nggak mau berubah? Sini lebih dekat kesini ...aku coba jelaskan ya. Ketika seseorang  memberi jawaban klise seperti "Saya tidak ingin jadi orang lain"; "Ini gayaku, jatidiriku". Atau mengatakan "I just wannabe myself" dan ngotot "This is me, this is who I am!". 
Jawaban-jawaban itu bisa disimpulkan memiliki dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, ia tidak atau belum paham konsep dirinya. Kedua, itu sebagai bentuk pembelaan diri sebab muncul rasa tidak nyaman bila harus melakukan perubahan. 

Padahal dengan semua proses perjalanan hidup manusia yang dinamis. Manusia harus mampu selalu menyesuaikan dirinya dengan melakukan penyesuaian juga perubahan. Mencoba mengubah penampilan, pola pikir, sudut pandang serta memenuhi  kebutuhan itu dengan ilmu dan sikap yang lebih baik. 
Coba deh makin rajin bercermin. Berdiri dihadapan cermin nggak sekedar untuk mematut diri lho, tapi kita juga bisa berinteraksi dengan diri kita. Berkontemplasi, mengevaluasi diri, self-talk; berkomunikasi lebih dalam dengan jiwa kita. Nah, jika nurani kita belum buta maka pasti kita akan temui suara jawaban sebenarnya.

Kenali Konsep Diri

Sudah kenalkah kita pada diri kita sebenarnya? Sudah kah kita menemukan self-awareness kita sebenarnya? Mampu kah kita mengenalinya?

Cara mengenali diri kita dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap diri sendiri maupun saat interaksi dengan orang lain. Apakah sudah berkesesuaian. Saat kita sudah mampu menemukan konsep diri kita, baik dari sisi perilaku, perasaan, dan .motif tertentu yang ada dalam diri kita.  Secara otomatis akan menyadarkan diri ini akan kekuatan dan kelemahan yang kita miliki. Akhirnya kita dapat dengan mudah menentukan arah dan memilih strategi terbaik dalam pencapaian tujuan hidup.


Temukan Diri Sejati

Setiap manusia terlahir sebagai makhluk pembelajar. Sepanjang hayat dikandung badan, sebelum badan berkalang tanah seharusnya tak ada kata berhenti belajar dalam kamus manusia. Lihat saja bayi yang baru lahir dia tak akan ragu berteriak menangis kencang tak malu jika dianggap berbuat onar. Lihatlah pula bayi yang sedang berlatih berjalan, tak gentar belajar merangkak, berjalan dan jatuh berkali-kali untuk bisa berlari lagi. 

Menemukan diri sejati tak ubahnya seperti si bayi itu. Melewati masa ke masa sesuai dengan perkembangan dan kebutuhannya bukan keinginannya. Sedari bayi hingga tua begitulah seharusnya. Tak berhenti belajar. Lalu dimanakah bisa ditemui diri sejati itu? Diri kita sejati adalah diri yang terus memperbarui diri menjadi lebih baik. Kita ini manusia yang dibekali potensi yang luar biasa dan tidak terbatas. Seluruh 'diri' kita ini sesungguhnya bergantung dari apa saja yang kita serap, terima dan pelajari.

Be Your Best Self

"Stop being yourself. It's just such a boring and self defeating concept. Start being your best self!"

Fitrahnya manusia itu berbuat kebaikan. Ingin menjadi lebih baik dan melakukan yang terbaik. Jika ada yang berbuat sebaliknya ya itu pilihannya. Tuhan menciptakan dua jalan pilihan kebaikan dan keburukan. Semua keputusan yang dipilih pasti ada konsekuensinya.  Itu mengapa juga kita memahami ada konsep surga dan neraka.

Jika masih ada yang terjebak dengan kata, "Jadilah diri sendiri!". Pastikan kembali anda merenungkan tentang diri dan keseluruhan yang membentuk diri saat ini. Jika sudah betul memahami pasti kita tidak  akan gegabah berkata, "Ini diriku suka tidak suka terima saja!". Ingat kembali bahwa kita beda dengan makhluk ciptaan lainnya yang tidak memiliki karsa. Manusia adalah makhluk pembelajar  dengan segala macam bekal akal dan potensi untuk berubah dan menjadi agen perubahan.

Potensi kebaikan dan keburukan itu, jika dilakukan berulang-ulang akan melekat pada pemilik predikat. Jika kita lakukan kebaikan secara konsisten, penuh dedikasi maka kita berhak mendapatkan apa yang terbaik yang telah kita upayakan. Stop membatasi diri kita dan berpuas diri dengan kualitas yang dimiliki saat ini. Sampai kapan kita mau terus percayai prinsip lama yang membosankan, dan sudah usang. Kadang hanya digunakan sebagai pembenaran diri atas keengganan dan rasa takut yang menghambat diri Anda meraih potensi kebaikan maksimal.

Berproses menjadi diri yang terbaik adalah sebuah perjalanan yang tidak instan. Butuh perjuangan panjang dan berkesinambungan. Sinergi pikiran dan tindakan. Pikiran menentukan tindakan. Tindakan akan berbanding lurus dengan hasil. Tidak ada proses yang mudah, bahkan sering muncul ketidaknyamanan saat melakukannya.

Namun, itu bukan alasan untuk berhenti berusaha. Jangan tergesa pula berpuas diri. Penuhi seluruh "aku" dengan  ilmu dan cari terus guru terbaikmu. To be the best, you have to learn from the best.

Satu hal lagi, di universitas kehidupan ini dsiapkan berbagai macam guru. Kita bisa membacanya secara tersurat dan tersirat. Maukah kawan berjalan dititian ilmu bersamaku? Bersama mencari versi terbaik dari diri kita, and "Be our best self"!.

Semangatttt...!!!

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Tiada kesan tanpa kata dan saran darimu :)



Salam kenal,


Dee.Irum