BERDAYA BERSAMA PENA, BISA SAJA!

Rabu, 31 Oktober 2018

Hey, Hari Terakhir!

Aaahaaay... sampai jua perjalanan belajar konsisten ini dipemberhentian sementaranya. Halte pertama untuk beralih ke tantangan selanjutnya yang jauh lebih menggoda. Tema hari ke sepuluh kali ini mengusung tentang menjadi wanita yang berdaya dengan pena. Menarik kan ya? Mengangkat pena menggoreskan tinta jadi senjata yang memiliki daya.


Tentu saja daya yang berdampak baik bagi peradaban. Sebab kita tahu bahwa kehidupan tersusun dari kepingan-kepingan cerita, dan peradaban bergerak bersama cerita-cerita. Suka atau tidak cerita itu yang membentuk diri kita.

Kata-kata berdaya bersanding dengan wanita. Makhluk Tuhan yang instalasi dayanya sudah dahsyat dari awal diciptakannya. Baik fisik maupun psikologis sudah ditempa dan dipersiapkan untuk tahan uji disegala macam frekuensi. Tinggal bagaimana kemampuan sang operator saja nih? Mau putar tombol yang mana, kemana, agar potensi yang sudah luar biasa ini nggak bocor halus... sia-sia, Hehe.
Sampai ada yang pernah bilang bahwa jatuh bangun suatu bangsa bergantung pada kualitas perempuannya! Apa nggak bangga nih yang jadi wanita? Eh tapi jangan jadi jumawa dong ya..:).
Kolaborasi dua sumber daya ini pasti tak diragukan lagi, bisa jadi daya gerak baru untuk perubahan. Wuiiih...keren ya...ah kosakata apa lagi sih untuk  bisa lengkap menggambarkannya...

Analogi kalimat bersama pena menjadi wanita berdaya bisa dibawa kemanapun. Menurutku tak melulu kita harus lihai menulis sih. Sebab tak semua orang diciptakan dengan kemahiran mengolah kata-kata. Meski konon wanita memiliki ribuan gudang kata yang tersimpan dalam benaknya. Wiih...kebayang kan ya banyaknya 'ribuan gudang' , hehe. Wanita adalah makhluk yang pandai memahami bahasa, bahkan bahasa kalbu sekalipun sebab perasaan alamiah berkasih sayang adalah salah satu fitrahnya. Perasaan itu terkadang diterjemahkannya melalui kata-kata. Jadi  jangan heran makanya dimana-mana wanita itu lekat dapat label ciriwis, doyan ngomong. Ia makhluk yang secara  intuitif akan bereaksi pada setiap situasi yang ia hadapi. Peka secara rasa dan kata begitulah kira-kira. Tapi tetap saja tak semua orang mudah berjumpalitan mengolahnya kata-kata yang nyaman dan mudah dipahami orang lain.

Satu hal yang pasti sama dari kita adalah semua manusia memiliki ceritanya. Kisah yang tak pernah serupa dengan milik manusia lainnya. Maka jadilah pencerita! Sebagai wanita yang terlahir dengan kelebihan mengolah kosakata. Berbagilah cerita, bukan bicara tentang keburukan tapi saling bertukar makna hingga siapa tahu ada satu hati yang lega dan tersenyum berkata, "Ah, yaa syukur lah aku tak sendiri...aku baik-baik saja". Inspirasi dan harapan bermekaran setelah mendengar cerita kita. Hangatnya perasaan yang tercipta setelah membaca  dan atau mendengar cerita kita. Merasa ada kawan, merasa tak sendirian, merasa ada sandaran, merasa tak menjadi sandera kehidupan. 

Bukankah jika dengan demikian kata-kata kita, khususnya sebagai wanita telah memiliki daya?! 
"Hei, Dee jangan buang waktumu lagi!". Aku berseru pada sosok wanita yang lekat kutatap dalam cermin tepat dihadapanku.



#WanitadanPena
#Day10
#RumbelLiterasiMedia
#IbuProfesionalSemarang

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Tiada kesan tanpa kata dan saran darimu :)



Salam kenal,


Dee.Irum