Aku, Ayah dan Kenangan

Senin, 22 Oktober 2018


Betapa senangnya aku berlarian kesana kemari di alun-alun kota pagi hari itu. Minggu pagi yang cerah, banyak sekali orang berada dipusat keramaian kota Semarang kala itu. Sambil mengunyah makan pagi yang disuapkan mama, aku terus saja mengoceh bertanya ini dan itu. Ayahku dengan senang hati berbagi tugas dengan mama menjawabnya, sambil sesekali mengabadikan momen pagi itu. Tustel pinjaman ah yaa...tustel adalah istilah awam untuk menyebut kamera manual jaman dahulu yang masih pakai klise yang ujungnya perlu diputar...krek...krek...cepreet...

Kenapa bisa tustel pinjaman? Ya kami saat itu masih baru pindah dari ibukota negara ke ibukota propinsi. Seperti keluarga baru pada umumnya, beliau memutuskan tinggal di rumah kontrakan. Kebetulan sebelah rumah kami kata papa profesinya tukang foto keliling. 

Ho ho ho maaf ya pake katanya karena aku masih terlalu kecil untuk mengingat detail peristiwanya. Nah, setiap kali ada acara jalan-jalan di luar ayah selalu menyempatkan diri untuk meminjamnya. Beruntung sekali tetangga kami baik hati, jadi kami  bisa membawanya sesuka hati  kami tanpa sewa sepeser pun. Bagi ayah kenangan adalah tabungan berharga yang bisa mengikat erat hubungan keluarga. Begitu beliau menjelaskan ketika aku beranjak dewasa. Oleh karena itu, momentum apapun berusaha diabadikannya, dengan foto-foto ataupun label-label keterangan kejadian. Ada yang berupa label cetakan dan ada banyak juga yang  tulisan tangan beliau. Berisi keterangan lokasi, peristiwa apa dan jika itu kegiatan  massal maka akan ditulis bersama saja dalam peristiwa itu. 

Ayah...hmmm...papa begitu aku biasa panggil beliau...papa memang seperti pria pada umumnya yang tak suka banyak bicara. Tapi tidak termasuk pendiam juga, sebab jika bertemu dengan orang yang memiliki bahan pembicaraan yang sepadan beliau tak akan pernah bisa berhenti bercerita. Papa selalu menunjukkan sikap jika beliau adalah ayah yang bertanggung jawab, terorganisir dan rapi. Bekerjasama dengan mama semua langkah direncanakan dengan seksama. Tentu saja tak lupa doa dan tawakal dihulu dan hilir upaya mereka. Bagiku itu keren, dan papa adalah pria pertama yang membuatku jatuh cinta. Pria kedua dan ketiga dan seterusnya adalah Spiderman, Batman dan kawan-kawan superhero lainnya. Namun tempat papa tidak pernah terganti. 

Sebenarnya tak banyak kenangan yang bisa aku ingat bersamanya. Beliau sangat sibuk dinas keluar kota, maklum saja sebagai pegawai pemerintahan baru pastilah disposisi tugas dari atasan banyak sekali. 

Namun, sesibuk apapun pasti beliau meluangkan waktu pergi bersama ke taman atau alun-alun kota untuk tamasya. Salah satu kenangan paling kuat adalah papa selalu memberikan tebakan untuk membaca tiap tulisan-tulisan yang kami temukan sepanjang perjalanan. Apakah ditiket bus?papan reklame? Dikoran bekas yang telah beralih fungsi jadi pembungkus jajanan. Atau paling menyenangkan ketika papa mulai main tebak-tebakan dengan plat motor yang sedang lalu lalang disepanjang jalan. Z plat kota mana? Kalo M? Kalau Kudus platnya apa? Ah ya...kadang papa juga memintaku untuk membaca tulisan di rambu-rambu petunjuk arah. Begitulah perjalanan menjadi tidak membosankan karena banyak sekali quiz dari papa. Aku kecil yang tak pernah puas dengan jawaban papa,terus saja mengejar bertanya banyak hal. Papa pun nampak selalu siap menjawab pertanyaanku. Aaah...hati siapa yang tak riang ketika sampai ditujuan...taraaaaa...hadiah menanti...sekotak susu coklat UHT terhits waktu itu dan lapis legit dengan kotak warna kotak bergambar sapi favorit mendarat ditanganku.

Kebiasaan membaca dan bertanya apa saja dijalan nampaknya sudah mendarah daging padaku, hingga reflek dalam hati atau kadang ku utarakan langsung pertanyaan-pertanyaan yang kadang nggak penting untuk ditanyakan. Kata suamiku, "Ssst...berisik banget sih tanya terus...sudah dinikmati saja perjalanannya...". Terdiam beberapa saat untuk kemudian memulai pertanyaan baru lagi he-he-he...
Meski tak selalu indah rekaman kenangannya, aku bersyukur karena salah satu tabungan kenangan bersama papa itu aku lebih awal lancar membaca dibandingkan teman-teman Taman Kanak-kanak ku. Wawasanku juga jauh lebih luas karena papa selalu berusaha memberikan jawaban atas keingintahuanku.

#10dayschallenge
#wanitadanpena
#rumbelliterasimedia
#day1

1 komentar

  1. Ternyata kebiasaan sejak kecil kebawa sampai sekarang yaaaa.... Aku dulu kata ibu juga kalau di jalan cerewet gitu, semua mua mua ditanyaain hehe. Kalau sekarang nggak terlalu sih, tapi harus duduk di dekat jendela, suka lihat jalan dari jendela. Iih jadi kangen naik bis :D :D

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Tiada kesan tanpa kata dan saran darimu :)



Salam kenal,


Dee.Irum