Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabbarakatuuh
Tidak menyangka telah sampai di titik sekarang ini. Setelah berproses dari waktu ke waktu menantang diri sendiri untuk menguatkan pencarian dan pemahaman terhadap diri sendiri.
Manusia terlahir dengan takdir dan tantangannya masing-masing. Pun sebagai seorang perempuan dengan berbagai peranannya sebagai diri sendiri, istri juga ibu.
Pada tahap awal di kelas Bunda Sayang telah belajar bagaimana mendidik anak dengan baik, dilanjutkan belajar tentang seluk-beluk mengelola keluarga dengan baik di kelas Bunda Cekatan. Tidak berhenti di sana kami kemudian belajar menggali jati diri, berdaya dan mandiri di kelas Bunda Produktif. Hingga akhirnya tiba di kelas Bunda Salihah. Tempat belajar para perempuan, istri, ibu untuk mengukuhkan keberadaan dirinya agar lebih bermanfaat bagi diri, keluarga serta lingkungan di sekitarnya.
Apa yang sesungguhnya ingin dicapai di Kelas Bunda Salihah ini?
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya kelas ini bertujuan agar para perempuan semakin tangguh berperan dan membawa dampak positif untuk lingkungannya. Mengusung 'tagline' Ibu Pembaharu : Dari Rumah untuk Dunia.
Maka para perempuan yang ada di kampus Ibu Pembaharu diharapkan dapat menjadi perempuan, ibu yang mampu menemukan masalahnya lalu mengubahnya menjadi sebuah tantangan untuk dipecahkan sehingga tercipta sebuah solusi yang dapat dirasakan semua pihak.
Ibu Pembaharu adalah tema yang diusung untuk ekosistem di kelas Bunda Salihah batch #1 Program ini sebelumnya sudah diperkenalkan saat Konferensi Ibu Profesional tahun 2019, di Yogyakarta.
Cinderamata Khas Kampus Ibu Pembaharu
Setiap perempuan yang berada di kampus Ibu Pembaharu akan membawa banyak cinderamata yang bisa dibawa pulang. Atau biasa disebut dengan "key takeaways". Semua yang belajar di kampus ini sangat diharapkan tidak hanya menyerap, tetapi juga dapat memproses semua ilmu yang didapatkannya agar diaplikasikan dalam kehidupannya. Ada 6 'key takeaways' yang ada di kampus Ibu Pembaharu, yaitu :
1. Keterampilan mengubah masalah menjadi tantangan dan menjadikannya solusi bagi dunia.
2. Keterampilan membangun team dan melatih kepemimpinan.
3. Keterampilan untuk menggagas sebuah ide kebaikan menjadi sebuah aksi nyata.
4. Keterampilan memetakan sumber daya yang dimiliki untuk kebaikan.
5. Keterampilan untuk membuat perubahan dan siap menghadapi perkembangan zaman.
6. Keterampilan untuk meningkatkan dampak bagi aksi yang dijalankan.
Itulah enam cinderamata yang seharusnya dapat dibawa pulang oleh semua mahasiswi kampus Ibu Pembaharu.
Lika-liku Perjalanan Pembelajaran
Saya secara personal selama menjalani masa perkuliahan selama 6 bulan dan mengikuti tahapan di kampus Ibu Pembaharu. Mulai dari tahap identifikasi masalahmu, temukan teman, pahami masalah, pilih tujuanmu, identifikasi aksimu, aaatnya berAKSI, apresiAKSI dan terakhir rayakan solusi. Pastinya juga merasakan dan mengalami lika-liku perjalanan dalam masa belajarnya yang harus pandai-pandai mengelola energi untuk bertahan tidak meredup semangatnya.
Alhamdulillah sejauh ini telah berusaha semaksimal mungkin lunas menunaikan tugas di kampus Ibu Pembaharu. Baik berupa delapan tantangan menulis jurnal dan reviu, mengikuti tiga event besar, serta menghasilkan portofolio berupa karya digital yang dikerjakan bersama tim.
Jurnal dan buddy review dikerjakan bergantian menggunakan platform blog atau instagram. Isian template setiap tugas per-pekan selalu kami koordinasikan. Tim Ruang Bicara juga bersepakat setiap Jumat sore diagendakan pertemuan daring. Membahas tugas jurnal dan juga yang berkaitan dengan proyek tim.
Sekali lagi puji syukur Alhamdulillah dengan tantangan kesibukan tiap anggota, kami tetap bisa saling memberikan dukungan dan prioritas maksimalnya. Ruang Bicara telah berhasil mengukir beberapa jejak kebermanfaatannya. Apa saja? Kerabat Rubi dapat melihatnya di video persembahan kami di sini.
Meskipun memang masih banyak yang perlu diperbaiki lagi dari waktu ke waktu. Sarana dan prasarana merupakan salah satu yang sangat saya harapkan dapat segera bisa diberikan keluasan rezeki agar dapat memiliki jaringan internet yang lebih stabil (pasang Wi-Fi). Gawai yang semakin berat karena dapur pacu sudah tidak kompatibel untuk diajak bekerja lebih keras. Sebab banyak aplikasi terkini yang membutuhkan ruang dan memori lebih besar contohnya Canva.
Sering saya terkendala untuk ikut membantu tim untuk desain karena untuk membukanya saya sulit atau error. Walaupun terkait kendala ini sudah menyampaikan ke tim, bahwa terkait unggahan di media sosial saya akan lebih berkontribusi pada narasi untuk caption. Tetap saja masih merasa kurang maksimal.
Namun, secara keseluruhan selama di kelas Bunda Salihah telah berupaya maksimal sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan saya. Mengikuti materi perkuliahan, berdiskusi dan semua keterbatasan menjalankan apa yang telah menjadi kesepakatan tim.
Jadi apakah saya berhak lulus dari kelas bunda Salihah dan kampus Ibu Pembaharu? Jawabannya 'Ya'. Saya layak untuk lulus dari tahapan ini. Namun, seperti yang pernah saya sampaikan saat Live Sharing di Instagram Ruang Bicara, bahwa saya pribadi sangat ingin proyek ini terus ada, berkembang dan berkelanjutan.
Sebab tidak dipungkiri dengan semakin banyak bermunculan ke permukaan kasus KDRT dan pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak. Ruang Bicara dibutuhkan untuk memberikan edukasi dan alternatif solusi berbagi inspirasi.
Demikianlah jurnal ini dibuat dengan segala kesempurnaan kekurangan saya. Semoga kita semua selalu dilindungi dan dilimpahkan kebaikan-kebaikan dari sisi Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Salam Baik!
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabbarakatuuh
#scaleup
#jurnalpekandelapan
#ibupembaharu
#bundasalihah
#darirumahuntukdunia
#hexagoncity
#institutibuprofesional
#semestaberkaryauntukindonesia
#ibuprofesionaluntukindonesia
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Tiada kesan tanpa kata dan saran darimu :)
Salam kenal,
Dee.Irum