Ada Apa dengan Buku Perjalanan Rasa?

Sabtu, 29 Oktober 2022

Jika ditanya buku apa yang menjadi favorit saya? Jujur saja sulit memilihnya karena buku dan aktivitas membaca bagi saya adalah kegiatan yang meditatif. Artinya secara pribadi memilih buku mana yang sesuai dengan rasa dan kebutuhan untuk nutrisi jiwa. Memang ada beberapa buku yang secara natural terasa begitu tiba-tiba menarik hati. Seolah-olah ia memanggilku untuk segera meminangnya. Benar saja begitu sampul dibuka biasanya dalam sekali duduk buku itu bisa langsung ditamatkan.

Salah satu buku yang hingga sekarang masih setia menjadi favorit saya, dan sudah berapa kali saya tergerak untuk membacanya lagi dan lagi. Entah kenapa juga selalu ada hikmah yang ditemukan lagi setelah membacanya ke sekian kali. 

Buku karya Fahd Pahdepie berjudul Perjalanan Rasa masih menjadi salah satu buku favorit bagi saya. Buku ini diterbitkan pertama kali pada 2012  dan cukup ramai dibicarakan di antara karya-karya Fahd Pahdepie lainnya semasa itu. Sejujurnya saya belum mengenal penulis dan karya-karyanya. Justru sekitar tahun 2016 saya mengenal sosoknya karena tulisan-tulisannya di media sosial yang cukup menarik dan inspiratif. 

Saya merasakan ada benang merah pemikiran pribadi dengan apa yang penulis ceritakan. Seolah tulisannya mewakili isi kepala dan hati saya. Sama sekali ini tidak saya lebih-lebihkan,  akan tetapi itu yang saya rasakan sesungguhnya. 

Berangkat dari ketertarikan membaca tulisannya di Instagram @fahdpahdepie. Mulailah saya mencari karya-karyanya. Sebelum jatuh cinta pada Perjalanan Rasa saya lebih dulu membaca karya-karyanya yang lebih mutakhir.

Buku ini merupakan sebuah tulisan perjalanan refleksi peran kehidupan pribadi seorang Fahd Pahdepie. Di awali peran sebagai seorang anak, kemudian kakak, menjadi suami, kemudian ayah, dan akhirnya sebagai penulis. Berisikan 51 catatan cerita pendek, setebal 190 halaman.

Buku ini memiliki daya tarik yang unik karena tiap judul cerita dibuat menjadi estafet. Satu kata penutup pada tulisan sebelumnya menjadi judul pada tulisan setelahnya. Bagi saya secara pribadi menjadi semakin menarik karena banyak disisipkan nilai-nilai ajaran islam hampir di setiap ceritanya.

Pada tahun 2018 buku ini kembali hangat diperbincangkan dan banyak pembaca yang tertarik dengan buku Perjalanan Rasa. Akhirnya buku ini pun diterbitkan kembali dengan komposi desain dan kemasan mengikuti perkembangan jaman. Instagramable dan tampilan warna pastel yang terlihat lebih hangat di hati.

Penulis dalam buku ini ingin bercerita dan berusaha mengajak pembacanya untuk dapat melihat segala sesuatu yang selama ini diremehkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal sederhana yang sejatinya bermakna akan tetapi sering diabaikan. Ia mencoba menuliskannya agar pembaca atau kita semua sudi menengok ulang. Sebab sebenarnya dalam peristiwa itu terkandung makna yang apabila kita cermati lebih dalam, justru akan dapat mendewasakan dan menggenapkan kebahagiaan kita.

Banyak kalimat menarik untuk dapat dijadikan kata-kata mutiara. Salah satu quotes yang saya dapatkan dari buku ini adalah :
"Tetapi, "puncak" bukanlah soal ketinggian. Ia adalah sebuah titik dan kita bisa berdiri di sana dengan perasaan tenang, bebas, dan bahagia."
Jika kalian penasaran boleh tengok resensi atau sinopsisnya bisa dibaca di sini. Lalu, buktikan sendiri dengan membaca bukunya.

Selamat Menemukan. 


Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Tiada kesan tanpa kata dan saran darimu :)



Salam kenal,


Dee.Irum