Di antara 2 Hati : Charity or Philanthropy ?

Minggu, 09 Februari 2020


Hai...hai, 

Assalamu'alaikum, BeiBuns! 

Jangan tertipu judul ya? Belum mau nulis cerpen apalagi novel meski tetap target pribadi tahun ini target buku solo bisa terealisasi. Ayo dong doa dan amin-nya nggak boleh malu, boleh lah yang seru! He he he
Tulisan kali ini terkait tugas materi kedua Sejuta Cinta Ibu Profesional. Kalau di tulisan tugas materi pertama sempat aku ceritakan kalau ada perasaan de ja vu. Nah, dimateri kedua pun aku merasa benang merah itu semakin tebal. Apa yang menjadi kecenderungan pikiran dan pemikiranku selama ini. Ada banyak pertemuan "jodoh" pada materi kedua ini. 

Sejak menikah aku dan suami memang sering terlibat obrolan tentang bagaimana caranya agar sedekah kita produktif. Berkelanjutan. Tidak hanya sekedar membantu tapi juga membuat mereka yang menerima pun terangkat harkat dan martabatnya. Tidak hanya menjadi penerima saja. Banyak yang tidak setuju dengan pemikiran ini. Kalau sedekah atau infaq, ya kalau mau beri ya berikan saja. Nggak perlu diingat atau dihitung. Tapi kami tidak bisa berpikir begitu. Kami tidak ingin menjadi penyebab si penerima terjebak zona nyaman terus berperan sebagai si "tangan di bawah". Atau lebih buruknya malah jadi malas untuk memaksimalkan potensi yang bisa dikembangkannya. 

Belakangan baru mengerti apa yang kami maksudkan itu disebut gerakan philanthropy. Sedangkan yang bersifat insidental dikenal dengan charity. Waktu terus berlalu hingga akhirnya aku menemukan sebuah lembaga yang membuatku semakin kenal semakin jatuh cinta.

APA BEDA CHARITY DAN PHILANTHROPY?

CHARITY

Berasal dari kata Perancis kuno “Chrite” yang artinya menyediakan keperluan bagi yang membutuhkan, kemurahan hati dan memberi. Praktik charity melibatkan pemberian uang, barang, atau waktu untuk orang yang tidak beruntung, baik secara langsung atau melalui lembaga.


Charity cenderung emosional, respon langsung yang terutama fokus pada penyelamatan dan pertolongan.


Sifat Charity adalah direct giving dan hanya untuk mengatasi symptom atau
gejala.


FILANTROPI (PHILANTHROPY)

Berasal dari bahasa Yunani yang dapat diterjemahkan sebagai “Love of a mankind”, artinya  cinta untuk sesama manusia.

Filantropi kemudian dimaknai sebagai upaya untuk berbagi menyalurkan sumber daya dan berderma secara terorganisir untuk kepentingan strategis jangka panjang dan berkelanjutan.

Hal yang menarik dari kegiatan filantropi beberapa tahun terakhir ialah sisi pemberdayagunaannya yang kian meluas. Misalnya, untuk filantropi keagamaan kini tidak hanya terbatas pada pembangunan masjid, bencana, atau pun membantu anak yatim, tetapi sudah masuk ke ranah yang lebih strategis. Misalnya, untuk pemberdayaan ekonomi, perempuan, antikorupsi, advokasi buruh migran, pemberdayaan buruh, dan lain sebagainya.

CHARITY VS FILANTROPI

• Perbedaan utama adalah bahwa Charity bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dari masalah sosial tertentu, sedangkan Filantropi mencoba untuk mengatasi sumber masalah dari akarnya.


• Contoh kegiatan charity memberikan obat pereda rasa sakit kepada pasien penyakit malaria, sedangkan dalam kegiatan philanthropy kita memberi pengetahuan kepada masyarakat yang terkena dampak atau mendukung penelitian medis dalam menemukan obat untuk penyakit malaria.


Itu lah perbedaan antara kegiatan charity dan filantropi.

Tahukah BeiBuns? Berdasarkan
CAF (Charity Aid Foundation) tahun 2018 World Giving Index, Indonesia menjadi negara pertama dari 146 negara yang disurvey sebagai negara paling dermawan di dunia. Luar biasa ya, Masya Allah. Tabarakallah. Nih bisa dilihat di sini video tayangannya.


Ukuran kedermawanan tersebut  berupa:

✓ Donasi Uang, 
✓ Partisipasi sebagai Relawan dan
✓ Kesediaan Membantu Orang Asing


Rasanya sangat disayangkan kalau potensi yang sangat luar biasa mengenai tingkat kedermawanan orang Indonesia ini tidak dikelola dengan profesional. Maka memang sangat diperlukan lembaga, yayasan, ataupun organisasi kemanusiaan yang mampu merancang lebih banyak program yang mampu mengentaskan segala macam kesenjangan ekonomi, kesehatan, transportasi, pangan dan lain sebagainya.

Salah satu yang sudah sejak lama jadi andalanku dan semakin lama aku juga suami jatuh hati. Organisasi kemanusiaan atau lembaga sosial ini bernama Aksi Cepat Tanggap (ACT). Entah kenapa membaca materi tentang filantropi dan saat tugas pengamatan ini diumumkan, langsung saja refleks dalam hati mengarah pada organisasi ini.

Terbayang kebahagiaan bisa berkunjung dan bersilaturahmi ke Branch Office ACT Semarang. Tentu saja jika cukup waktu ingin menyambangi kantor cabang Semarang yang terletak di jalan Dr. Wahidin No. 213, RT.001/RW.01, Kaliwiru, Kec. Candisari, Kota Semarang, Jawa Tengah 50253. Namun, sayang karena keterbatasan waktu akhirnya hanya wawancara WhatsApp dengan bapak Giyanto selaku Branch Manajer ACT Jawa Tengah. 

Sekali lagi skenario Allah memang luar biasa, karena ketika diskusi dengan suami eh malah bilang punya kontak beliau dan salah satu humas ACT. Syukurku bertambah karena suami tercinta mau menjadi jembatan untuk menyambung lidah pertanyaan-pertanyaan yang aku ajukan. Wohoohohooo...senang sekali dong pasalnya aku kenal lembaga ini lumayan lama sekitar kalau tidak salah tahun 2014 akhir dan memang penasaran sekaligus kagum dengan pergerakannya yang semakin meningkat pesat kemanfaatannya.  

Berulangkali bahkan tebersit ingin jadi relawannya tapi tentu banyak sekali pertimbangannya salah satunya pasti ijin dari MasBo. Ya, sudah akhirnya memutuskan urun tangan sejak tahun 2015 hingga sekarang dengan sedikit berkontribusi melalui beberapa program yang ada di ACT.

Bapak Giyanto menjelaskan secara singkat bahwa ACT merupakan lembaga philanthropy yang bersifat makro, berkelanjutan, dan terukur dengan baik.

Sebuah lembaga nirlaba yang lahir karena kondisi kebencanaan hebat yang terjadi pada tahun 2004 di Aceh. Lembaga kemanusiaan ini awalnya berkonsentrasi di dunia bencana dengan berbagai program mitigasi, emergency, recovery. ACT melahirkan Disaster Emergency Respon  Manajemen (DERM) dan Sekolah Mitigasi Disaster Manajemen Institut of Indonesia (DMII).

Kini ACT telah bertransformasi menjadi sebuah lembaga yang berkonsentrasi untuk  dapat menyelesaikan isu kemiskinan dengan berbagai program pemberdayaan.

Beliau juga menyampaikan harapan terdalam dan terjauh ACT adalah menjadi lembaga kemanusiaan global profesional berbasis kedemawanan dan kerelawanan untuk menjadikan dunia lebih baik. ACT ingin menjadi lembaga global yang berpengaruh di dunia sehingga mengharumkan bangsa indonesia. Hal ini sesuai visi Aksi Cepat Tanggap tahun 2012.

Penting nih buat BeiBuns tahu kalau Aksi Cepat Tanggap lahir pada momentum yang sarat dengan pesan motivasi yaitu 21 April 2005 (12 Rabiul Awal 1426). Tepat di peringatan hari lahir RA. Kartini dan juga hari lahir Rasullullah Muhammad. Tentu ini bukan hanya kebetulan belaka tapi atas perkenan-Nya pula.

Tentu gerakan kebaikan ini tidam terlepas dari peran para donatur atau dermawan sebagai salah satu penggerak kegiatan kemanusiaan yang dilakukan ACT. Galang donasi berasal dari kemitraan, publik, online, kotak donasi, perusahaan, dan juga event.

Teknis penggalangannya dengan menyebar pamlet, poster digital, spanduk, info di berbagai market. Atau bisa langsung lewat e-banking, mobil banking, dan landing page. Donatur terbesar yang mampu terjaring berasal dari korporate dan event.



Nah, buat yang tertarik dan memenuhi kualifikasi menjadi relawan. Beliau menjelaskan bahwa siapapun bisa menjadi relawan dimanapun dan kapanpun. Namun untuk penerjunan tentu sesuai dengan kemampuan yang terus di upgrade.

Sistem rekruitment relawan didapat melalui berbagai cara antara lain seminar, sosial media, dan direct personal.


Luar biasa ya? Sebuah gerakan kemanusiaan yang bukan tidak mungkin mampu menggerakkan peradaban yang penuh cinta. Mengikis perilaku manusia yang kini semakin berkurang kepeduliannya terhadap sekitarnya.

Mengutip tulisan presiden ACT Bapak Ahyudin di buletin 'Benefit' vol.1 bulan April 2105. Gelombang kekuatan kemanusiaan itu akan menjadi sebuah gaya hidup, menjadi nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan pada akhirnya akan membentuk sebuah peradaban bernama; "Peradaban Humanis" (kemanusiaan). Inilah peradaban dimana kepedulian atau gairah ingin menolong sesama manusia (humanity) mewujud ke dalam bentuk kedermawanan (philanthropy) dan kerelawanan (volunteerism) untuk berbuat. Siklus tersebut merupakan jawaban yang indah dari segala sumber permasalahan yang bermula dari ketidakpedulian.

Produk ACT semakin tahun semakin nyata kiprahnya dalam masyarakat dalam negeri dan juga luar negeri. Aku sendiri saat bergabung dan berkenalan dengan lembaga ini karena program global qurban. Program ini juga semakin mengembangkan sayap gerakannya dengan memberdayakan masyarakat untuk menjadi peternak atau disebut dengan Lumbung Ternak Masyarakat (LTM). Lalu, ada program tabungan qurban, qurban progresif, dan amazing qurban.

Berikut ada beberapa gambar yang bisa saya bagi bersumber dari katalog ACT tahun 2019. Selengkapnya bisa dilihat di sini atau jika ingin info lebih lengkap silahkan kunjungi situs resmi ACT.

















Semoga makin mantap pilihan hatinya, mau pilih charity atau philanthropy semua berpulang pada kita.  Manakah yang paling berdampak membuat lebih banyak orang bahagia? Terpenting jangan berhenti berbuat kebaikan dan terus menginspirasi.

Salam baik, BeiBuns.


Sumber Referensi :

Materi#2 Habituasi Sejuta Cinta Ibu Profesional


#materi2 
#empati
#charity
#filantropi
#HabituasiSejutaCinta 
#SejutaCinta
#IbuProfesional

3 komentar

  1. ACT... Ini lembaga favorit juga mbak say... Masyaa Allah... Barokallah semoga cita2nya diijabah Allah ya mba 😘

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Yaa Rabb'allamiin... cita-cita yang mana nih...oh ya ACT Branch Semarang siap bekerjasama lho Bun...hehe...pripun IPS siap?

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung. Tiada kesan tanpa kata dan saran darimu :)



Salam kenal,


Dee.Irum