Ayah, Pulanglah ke Rumah!

Selasa, 10 September 2019


Bunda Elly Risman, Psi sering mengatakan negara kita sudah darurat peran ayah. “Fatherless Country”. Ber-Ayah Ada, Ber-Ayah Tiada. Bukan melebih-lebihkan tapi ini adalah fakta. Selama ini yang kita pahami dan sering dijumpai bahwa ketidakhadiran ayah hanya akan diratapi bila ada peristiwa kematian atau perceraian. Namun, sangat kurang dicermati perannya dalam perkembangan mental atau psikologis keluarga. Lalu, pentingkah peran dan keterlibatan ayah dalam keluarga?

Bermainlah Bersamanya-Pic. from Google

Sejak jaman kuliah memang saya cukup tertarik dengan bahasan tentang ayah. Berangkat dari pengalaman pribadi sebagai anak, dan juga pengamatan yang tanpa sengaja saya lakukan pada teman-teman sebaya saya waktu itu. Mereka yang keluar masuk ruang bimbingan konseling hampir bisa dipastikan latar belakang ceritanya kurang lebih sama. Tiada figur orang tua, utamanya saat masa remaja itu ayah. Entah mengapa oleh Allah saya selalu didekatkan dengan teman-teman pemilik cerita- cerita "spesial". Sampai pernah satu kali karib saya yang lain yang merasa berbeda zona “me-wanti-wanti" saya untuk menghindari mereka. Tentu saja itu tak bisa saya kabulkan. Masa remaja hingga mahasiswa bahkan pengalaman pribadi menjadi konselor sekolah membuat saya tetap mengamati pola ini. Ada hubungan yang cukup erat antara perilaku anak yang sering dianggap bermasalah ini dengan ketidakhadiran dan kurangnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak.


Talking Heart to Heart-Pic.from Pixabay
Kita sadari secara fisik ketidakhadiran ayah dapat disebabkan berbagai hal. Bisa jadi karena perceraian, kematian atau tuntutan kesibukan pekerjaan yang harus bertugas di daerah lain. Hingga jarang bersua. Namun, terlepas dari perbedaan latar belakang situasi yang dihadapi tiap keluarga, banyak penelitian menunjukkan hasil ada kesamaan reaksi dan dampak yang ditunjukkan anak terhadap ketidakhadiran atau hilangnya peran ayah dalam keluarga. Apakah itu? Nanti kita bahas lebih lanjut ya? Ditulisan yang akan datang.

Ada semacam ilustrasi yang beredar, jika ayah kurang aktif terlibat dalam membangun hubungan emosional atau psikologis yang sehat dengan anaknya. Berlindung di balik kesibukan rutinitas pekerjaan, seolah ingin hal itu dimaklumi. Lantas, para ibu demi menjaga perasaan ayah meng-amini tindakan itu. Melindungi agar ayah tidak terganggu fokus kerja dan karirnya, sehingga alih-alih berkomunikasi tentang masalah pendidikan atau perilaku anak pihak ibu lebih memilih meminimalkan "gangguan". Akhirnya terjadilah Ibu yang kurang aktif mendorong atau memberikan ruang bagi keterlibatan ayah. Sebuah ilustrasi sempurna ya? Ayah kemudian menjadi terasing dari keluarganya sendiri.

Perlu diingat bahwa keterlibatan peran ayah ini sesungguhnya tidak berbanding lurus dengan kenyataan banyaknya jumlah waktu yang diluangkan ayah bersama anak atau keluarganya. Pengukuran ini lebih pada esensi atau makna yang terkandung dari tiap hal yang dilakukan ayah bersama anak hingga waktu kebersamaan mereka dipersepsikan berharga. Jadi kesibukan atau sempitnya ruang bertemu bukan alasan bagi ayah untuk tidak berlatih menunjukkan kasih sayang yang sehat pada anaknya, bukan?

Lalu, kembali pada pertanyaan apakah ayah diperlukan dalam keluarga? Semoga ada yang spontan menjawab, Ya, Pastilah perlu! Jawaban yang sudah pasti, mengapa pula dipertanyakan lagi. Baik, saya sepakat bahwa peran ayah selalu dan sangat diperlukan dalam keluarga. Peran ayah sebagaimana pentingnya kehadiran ibu sangat dibutuhkan oleh anak secara menyeluruh. Tak hanya aspek fisik namun juga psikologis. Anak perlu belajar berbagai macam karakter dari kedua orangtuanya secara seimbang. Karakter harus dicontohkan langsung oleh role model utamanya di dalam rumah yaitu ayah dan ibu. Karakter yang dicontohkan kepada anak tidak efektif jika hanya melalui lisan, sebab hanya sekitar 10 % yang terserap.

Namun kenyataan yang terjadi selama ini, mindset sebagian besar masyarakat kita belum berubah. Bahwa peran ayah hanya bertugas mencari nafkah dan peran pengasuhan anak dalam keluarga adalah tanggung jawab ibu. Tiap kali ada perbincangan masalah pendidikan atau masalah anak dalam keluarga, siapa yang selalu jadi sorotan. Ibu.

Ibu memang sekolah utama anak dan berperan sebagai guru bagi buah hatinya, namun kepala sekolahnya tetaplah ayahanda Ayah yang bertanggung jawab mengkonsep secara rinci kurikulum dalam keluarga, lalu ibu berlaku sebagai guru pelaksana.  Semua harus saling bekerjasama layaknya sebuah tim, agar mampu mencetak generasi-generasi terbaik. Pemegang kunci peradaban yang siap menyebarkan kebaikan di seluruh muka bumi.


Ayah, Pulanglah ke Rumah! Anakmu menanti...Kami Rindu...

22 komentar

  1. Peran ayah sangat penting bagi perkembangan psikologi anak terutama anak perempuan, aq merasakan banget akan hal itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yesss... betul banget..dan sayangnya masih sering terabaikan, ditunggu kelanjutannya ya kakak

      Hapus
  2. Teringat Alm Ayah 😭,Iya benar kebanyakan orang berfikir bahwa waktu akibat kesibukan menjadikan jauh atau tidak atau kurangnya peran ayah, namun saya rasa didunia yang semakin maju teknologi telah mendekatkan yang jauh tpi jgn sampai menjauhkan yang dekat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju banget tehnologi jangan sampai buat yang sebenarnya dekat malah jauh. Semangat ya, Al Fatihah buat alm.ayahanda o:-)

      Hapus
  3. Lalu, bagaimana nasib sang anak jika ayahnya tidak ada?
    Terutama kondisi mental dan psikologisnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pasti akan ada yang kurang dan kering..bisa dibaca ditulisan selanjutnya kakak:^)

      Hapus
  4. jadi kangen ayah. aku sudah kehilangan ayah sejak 9 tahun yang lalu. pergi ke dimensi lain untuk selamanya. sebagai anak yang besar tanpa ayah, jelas bukan sesuatu yang baik-baik saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pasti ada kok sosok yang bisa melekatkan peran ayah pada diri kita. Semoga ayah di dimensi jauh itu tetap melihat anaknya dg seksama.. Semangaaat

      Hapus
  5. It so deep:( papa kamu begitu berharga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes, karena itulah
      kehadirannya selalu dirindukan^_^

      Hapus
  6. Balasan
    1. Semoga nggak cuma hari, tapi juga terpacu ^_^

      Hapus
  7. Jadi inget alm. Ayah😭😭😭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Titip rindu buat ayahnya ya kak... Al Fatihah 😇

      Hapus
  8. Membaca ini, aku jadi merasa sebagai anak paling beruntung di dunia. Di saat anak jauh dari ayah, aku adalah anak yang sangat dekat dengan ayahnya. Aku sangat menyayangi ayahku, meski hal ini membuatku tidak begitu dekat dengan ibuku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beruntung sekali kak...semoga kini semakin bisa dekat juga dg ibu^_^

      Hapus
  9. Saya sepakat dengan ini. Peran ayah dalam pengasuhan anak, memang penting sekali. Thanks sharingnya,Kak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kembali kasih kakak, bahagia rasanya kalau ini bermanfaat^_^

      Hapus
  10. Waaah bahasannya.. bahasan yang sering kita diskusikan. Ayah.. pulanglah ke rumah,mau dibawa ke mana kapal keluargamu berlayar... Tentukanlah arahnya.

    Sebagai salah satu fatherless kids, aku tahu rasa pedihnya "patah hati pertama".

    BalasHapus
    Balasan
    1. Peluk...pelukk.. kukirim pelukan virtual terhangatku :-*

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung. Tiada kesan tanpa kata dan saran darimu :)



Salam kenal,


Dee.Irum