Dampak Hilangnya Peran Ayah Bagi Anak

Rabu, 11 September 2019

Ilustrasi Fatherless - foto : Pixabay

Seperti yang sudah dijanjikan pada artikel sebelumnya, hari ini saya akan tulis reaksi atau dampak apa saja yang ditunjukkan anak jika peran ayah hilang dalam keluarga. Kalau belum baca tulisan yang kemarin, silahkan dengan gembira dibaca dulu di sini.

Setiap anak tentu mendambakan memiliki keluarga yang solid dan harmonis. Seperti pada awalnya semua orang tua berharap janji pernikahannya akan membentuk keluaga Sakinah, Mawaddah dan Warrahmah. Namun, beberapa kondisi memaksa banyak biduk rumah tangga karam di tengah badai. Meskipun, tak hanya perceraian ataupun kematian yang menjadikan anak tumbuh tanpa ayah. Masih banyak hal lain yang menjadikan ayah tidak mampu terlibat dalam pengasuhan anak. Seperti yang telah sekelumit aku jelaskan tempo hari.

Nah, kira-kira apa saja yang terjadi karena ketiadaan figur ayah ini? Oke, kita baca dan resapi pelan-pelan ya! Terdapat perbedaan reaksi distres antara anak laki-laki dan perempuan atas hilangnya peran ayah dalam keluarga.

Inilah lima dampak yang terjadi jika anak tumbuh tanpa ayah :


  1. Anak laki-laki cenderung tidak tertarik untuk ikut serta bermain kegiatan fisik yang menunjukkan maskulinitasnya. Seperti perang-perangan. Ia sulit menyesuaikan diri dan bergaul dengan teman lelaki sebayanya.
  2. Anak perempuan cenderung tumbuh menjadi sangat pemalu atau mengalami kecanggungan bila menghadapi lawan jenisnya. Atau berlaku sebaliknya yaitu terlampau genit dan suka caper alias cari perhatian. Beberapa diantara mereka mengalami masalah penyimpangan secara moral (promiscuous). 
  3. Memiliki kecenderungan bermasalah dengan kesehatan fisik dan mental. Hasil penelitian psikologi klinis juga menunjukkan bahwa seorang anak tanpa sosol ayah, sebanyak 63% akan cenderung mengalami gangguan psikologis. Seperti perasaan gelisah, suasana hati yang mudah sekali berubah, fobia, juga depresi. Mereka juga rentan mengalami masalah kesehatan seksual, dan sangat rentan terhadap eksploitasi juga pelecehan. 
  1. Anak akan mengalami kesulitan belajar, penurunan prestasi yang cukup signifikan baik secara akademis maupun non akademis.
  2. Anak sering terlibat permasalahan dalam pergaulannya, terutama anak laki-laki. Terjadi karena anak kurang mampu mengendalikan diri dengan baik.
  3. Bersikap cenderung menjadi antisosial juga bermasalah dengan tanggung jawab. Mengutip dari Psychology Today, menemukan fakta bahwa 85% remaja yang berada di penjara karena terlibat kasus tindak kriminal ternyata dibesarkan tanpa figur ayah.
Ada hal yang cukup menarik perhatian saya bahwa dari semua penelitian yang dilakukan itu menunjukkan bahwa ketidakhadiran ayah pada masa pertumbuhan sel dan saraf di otak akan berlanjut menyebabkan gangguan dalam perilaku sosial dan hal itu bisa bertahan hingga anak menjadi manusia dewasa.
Ilustrasi Anak yang 'Father Hunger' /Pic:Pixabay
Salah satu yang cukup dikenal adalah sebuah studi penelitian yang dilakukan Montreal McGill University. Mereka menyimpulkan, seorang anak yang tumbuh tanpa seorang ayah lebih mungkin untuk terpengaruh obat-obatan dan melakukan kejahatan. Masalah sosial dan perilaku yang disebabkan oleh ketidakhadiran ayah selama masa pertumbuhan, dan biasanya paling banyak dirasakan oleh anak perempuan. Para ilmuwan di Universitas tersebut telah mempelajari pola otak tikus yang diasuh hanya oleh ibu. Ilmuwan menemukan tikus-tikus tersebut lebih agresif dan kehidupan sosialnya kurang normal. Dr Gabriella Gobbi, dari Montreal McGill University mengatakan, temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Cerebral Cortex ini sangat relevan dengan manusia.

Sejujurnya ada setitik harapan yang ingin saya titipkan pada tulisan ini. Berharap tumbuh kesadaran dari ayah dan calon ayah tentang arti penting hadirnya bagi perkembangan jiwa anak, baik secara fisik dan juga psikis. Semakin belajar menunjukkan sosok ayah masa kini yang keren dan positif bagi anak-anaknya. 


Bagaimana dengan ibu? Tetaplah selalu mencari celah untuk berbahagia, jangan menanggung beban tanggung jawab mendidik anak sendirian. Aktiflah berperan mendorong ayah untuk meningkatkan peranannya dalam keluarga. Pengasuhan atau parenting itu berbicara tentang kerja sama untuk saling mengisi peran dalam keluarga. Bukan dominasi pihak tertentu.

Bagi umat muslim apabila menilik ayah-ayat dalam Al Qur'an yang bercerita tentang pendidikan dalam keluarga. Lebih banyak dikaitkan dengan peran ayah. Contoh saja Kisah Ayah Lukman yang mendidik anaknya. Serta dialog-dialog dari kisah ayah teladan yang lain, seperti percakapan Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam dengan Nabi Ismail 'Alaihis Salam.

Bahkan melalui surat At Tahrim ayat 6, Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga dengan jelas memberikan perintah kepada ayah sebagai imam keluarga untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari siksa api neraka.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-Tahrim: 6)

10 komentar

  1. Paling seneng kalau datang ke acara parenting, jumlah Ayah yang hadir semakin banyak. Semoga tambah banyak para Ayah yang sadar kalau perannya sebagai qowwam lebih dari sekedar mencari nafkah, namun juga menjadi pendidik utama bagi keluarganya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak...haru rasanya kalau para ayah ini ada dibarisan depan belajar kepengasuhan anak..

      Hapus
  2. Ini berupa artikel kan ya ka?
    Yuli mau nulis kayak gini ko gak bisa bisa ya hehe
    Mohon bimbingan ny ka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak ini artikel, duuh masih belajar juga nih..bertukar ilmu ya kita^_^

      Hapus
  3. aku kehilangan sosok ayah yang sudah meninggal 9 tahun yang lalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat kakak, selalu mencari sosok pengganti beliau yang bisa diteladani..

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung. Tiada kesan tanpa kata dan saran darimu :)



Salam kenal,


Dee.Irum