Yuk, Kenali dan Rangkul Inner Child Kita!

Jumat, 27 September 2019

Foto : Pixabay


Awal tahun ini, pernah membagikan sebuah narasi singkat di Instagram pribadi. 

Begini kalimatnya waktu itu :

Riak rumah tangga tentu tak bisa dihindari. Saling tuding sana sini penuh caci maki. Lalu pungkasannya, cerai jadi kata kunci. Sebelum itu, tanyakan dulu apa dengan baik apa kabar jiwamu? Bisa jadi ada yang belum tuntas dilunasi di masa kecil dulu (inner child).

Jika itu memang belum kelar, mau nikah berapa kali pun dan dengan siapapun kecenderungan hasilnya pasti akan sama.

Luka batin dimasa lalu harus diobati dulu, sembuh dulu. Dibereskan dulu. Jika tidak, ia berpotensi melukai siapapun tak terkecuali diri kita sendiri.

Ngeri kan kalau kemudian memutuskan menikah tapi kita belum selesai dengan diri kita. Marahnya sama orang tua dimasa lalu; lukanya dengan siapa, yang kena getah deritanya siapa. Ditumpahkan ke pasangan. Sudah lagi nih kalau lubernya ke anak-anak. Kasihan kan anak-anak justru jadi korban dari kesehatan psikologis kita yang belum sembuh dan harus diterapi?

Rupanya tulisan sederhana yang terinspirasi dari banyaknya kasus perceraian disekitarku waktu itu, disambut dengan begitu ramai. Berbagai tanggapan muncul kala itu. Kuperhatikan satu persatu komentar yang datang, mayoritas banyak yang mengiyakan betapa beratnya belenggu masa silam.

Setiap kali topik inner child diangkat selalu tak pernah sepi orang untuk berdiskusi.

Lalu sebenarnya, apa itu Inner Child ?

Rekaman proses kehidupan masa kecil, khususnya terkait bagaimana orangtua saudara dan orang lain dilingkungan menghadirkan pengalaman dan perlakuan kepada dirinya.

Rekaman perlakuan itu kemudian membangun skema, suatu pola aksi reaksi dalam perilaku.

Inner child populer dalam ilmu psikologi pada sekitar tahun 1970-an.

Menurut John Bradshaw (1992) Inner child merupakan pengalaman masa lalu  yang tidak atau belum mendapatkan penyelesaian dengan baik . 

Orang dewasa bisa memiliki berbagai macam kondisi inner child yang dihasilkan oleh pengalaman positif dan negatif yang dialami pada masa lalu.

Seperti motivasi alam bawah sadar lainnya, inner child juga muncul pada orang dewasa dalam bentuk perilaku atau keadaan emosi yang tidak disadari (unconscious) .

Beberapa istilah lain dari inner child dalam psikologi modern :


  • The Divine Child
  • Wonder Child
  • The True Self
  • The Child Within

Asal terbentuknya inner child, beberapa ahli neuropsikologi berpendapat asal terbentuknya inner child dimulai sejak didalam kandungan. lebih tepatnya saat ibu mengandung di tri semester ketiga.

Hormon-hormon ibu akan membanjiri bayi di kandungan. Bayi yang lebih banyak mendapat hormon stres, depresi, sedih berlebihan, cemas berlebihan, akan membanjiri amigdala (pusat pengaturan emosi pada manusia) bayi. amigdala yang tidak bisa berkembang optimal akan membuat bayi 2x lebih rentan mengalami stres, depresi, dan gangguan psikologis lainnya saat lahir.

Secara teori dari Sigmund Freud, saat bayi berusia 0 - 5 tahun, "pintu masuk" ini selalu terbuka. artinya semua yang dialami anak akan otomatis tersimpan dalam alam bawah sadar. Saat di alam bawah sadar, semua informasi diubah jadi kode. 

Misal anak sedang makan permen tiba-tiba ibu marah-marah dan memukul, anak lalu ketakutan. di alam bawah sadar, peristiwa itu diubah jadi kode: "Permen sama dengan takut. Lalu, setiap melihat permen anak akan ketakutan dan ini juga lebih lanjut menjadi asal mula munculnya gangguan fobia.

Secara umum inner child dapat dipahami sebagai bagian dalam diri seseorang yang merupakan hasil dari pengalaman masa kecilnya.

Bagian dari kepribadian orang dewasa yang menyimpan perilaku, kenangan, emosi baik negatif maupun positif, kebiasaan, sikap, dan pola pikir saat kita masih anak-anak dan remaja. 

Pengaruh Inner Child pada Anak

Positif

Anak yang tumbuh dengan penerimaan, pemahaman dan dukungan akan memiliki inner child yang bahagia, penuh emosi dan skema kenangan positif yang semakin menguatkan fitrah, bakat dan kepribadiannya.

Negatif

Anak yang tumbuh di tengah penolakan, kesalahpahaman, pengabaian akan menyimpan inner child negatif, dan terus terbawa ke masa dewasa yang cenderung berpengaruh pada perilakunya. Skema negatif akan memunculkan pola emosi yang merusak ke dalam dan atau ke luar.

JENIS – JENIS INNER CHILD

Vulnerable Child

Sosok anak yang gelisah dan rentan karena kurang dukungan penerimaan.

Playfull Child

Sosok anak yang bebas dan ekspresif dengan emosi positif.

Angry  Child

Sosok anak yang marah

Spiritual Child

Sosok anak yang memiliki kesadaran akan ketuhan dan kebaikan

Creative Child

Sosok anak yang cerdas , kreatif  dan produktif

Tidak ada paramater khusus untuk mendeteksi apakah masih ada inner child pada diri kita. Namun, kita bisa cek mandiri saat mengalami suatu peristiwa atau situasi tertentu yang mirip kejadian dimasa lalu, biasanya respon kita menghadapinya akan sangat berlebihan. Inner child ini seringkali tidak kita sadari keberadaannya. 

Tanpa sadar, inner child mengakibatkan munculnya kecemasan, ketakutan, kemarahan, ataupun depresi yang direfleksikan melalui perilaku yg negatif.

Cara utk menghilangkan inner child :

1. Kenali dan terimalah inner child dengan tangan terbuka. Awali dengan 'Tazkiyatun Nafs', berusaha menerima, memaafkan kesalahan yang lalu.

2. Lakukan "time travel" kembali pada saat kita kecil. Salah satunya dengan mengingat hal-hal yang kita sukai saat kecil. Misalnya olahraga, permainan, benda-benda tertentu, makanan, dan lain sebagainya.

3. Lalu ingatlah kembali peristiwa-peristiwa yg pernah terjadi baik yang menyenangkan ataupun yang menyakitkan di masa kecil.

4. Resapi perasaan apa yang kita rasakan terhadap peristiwa-peristiwa tersebut.

5. Lalu tentukan peristiwa mana yang meninggalkan luka dalam dan perlu untuk diobati.

6. Selanjutnya identifikasikan karakteristik inner child yang kita miliki.

7. Berkomunikasi dengan inner child.

Contoh berkomunikasi dengan inner child. Melalui tulisan. Buatlah surat untuk inner child. Kita berperan sebagai “pengasuh” (diri kita yang sekarang) dan sekaligus sebagai anak kecil.

Ajaklah inner child kita bercakap-cakap melalui tulisan tersebut, biarkan mengalir apa adanya. Ketika berperan sebagai diri kita sekarang, menulislah menggunakan tangan kanan. Saat berperan sebagai inner child, menulislah dengan menggunakan tangan kiri. 

Lakukan secara bergantian. Isi suratnya bisa permohonan maaf karena selama ini sudah mengabaikannya, dan sekarang ingin memperbaiki hubungan atau berteman dengan inner child.

Sesuaikan surat yang kita buat dengan jenis inner child yang kita miliki. Misalnya jika kita memiliki inner child berupa anak yang ditinggalkan, maka katakan dalam surat bahwa kita berjanji untuk selalu ada untuknya dan membantunya.

8. Dengarkan apa yg diinginkan oleh inner child kita seakan kita bisa melihatnya.

9. Penerimaan.

Akui bahwa kita mengalami rasa sedih, marah, takut, kecewa dan sebagainya. Tanamkan bahwa hal tersebut terjadi bukan karena kesalahan anda.

10. Maafkan orang-orang yang telah menorehkan luka dalam kehidupan kita.

11. Terimalah peristiwa menyakitkan yang pernah kita alami sebagai bentuk pembelajaran agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih tangguh.

12. Lindungi inner child kita. Hindari berada disituasi yang menyebabkan kita merasa cemas, dan tidak nyaman.

13. Kembangkan 'sense of fun' dalam diri kita.

Inner child seperti sudah dijelaskan bahwa ada banyak macamnya. Hanya saja seringnya yang bermunculan ke permukaan dan jadi masalah adalah jenis vulnerable; angry dan playfull child. Atau inner child yang berdampak negatif.

Itu menurut sudut pandangan pribadi. Sebab, saya yakin setiap orang pasti membawa luka batin masing-masing selama rentang masa tumbuh kembangnya.

Perbedaannya ada pada kadar luka, kekuatan dan kemampuan beradaptasi manusianya. Sehingga, mempengaruhi kesehatan mentalnya atau tidak.

Ada yang mampu berdamai dengan bagian masa lalu dirinya itu, namun tidak sedikit yang gagal. Inner child tetap berpotensi akan muncul dalam situasi tertentu, karena kita tidak pernah bisa membendung ataupun menghapus ingatan masa lalu. 

Sependek pemahaman saya, secara natural itu akan muncul. Perbedaan yang mampu kita lakukan adalah terus melakukan penerimaan, pemaafan dan komunikasi dengan diri sendiri (self talk). Mengapa? Sebab proses penyembuhan inner child akan berlangsung lama dan membutuhkan lingkungan yang sarat dengan dukungan positif.

Singkatnya ada empat pola dasar yang bisa kita lakukan untuk menangani inner child, yakni Penerimaan, Self Talk, Memaafkan dan Melepaskan.

Semua jenis inner child itu perlu diramu, agar VULNERABLE CHILD menjadi lebih tenang,  dan ANGRY CHILD dalam diri kita merasakan penerimaan. Selanjutnya terakhir kita dapat melibatkan SPIRITUAL CHILD untuk menyadari bahwa ada skenario takdir dari Yang Maha Kuasa dan tidak ada pilihan lain kecuali menerima. Sehingga pada akhirnya kita mampu memanggil PLAYFUL AND CREATIVE CHILD yang  juga bersemayam dalam diri kita.

Buat para orang tua dan yang akan menjadi orang tua. Titip pesan semangat di bawah ini, ya :

HEALING YOUR INNER CHILD AND  LETS CELEBRATE LIFE AGAIN! YOU AND YOUR CHILDREN BE HAPPY!!


Referensi Bacaan :

Diamond, S. A. (2008). Essential Secrets of Psychotherapy : The Inner Child. Retrived from: https://www.psychologytoday.com/blog/evil-deeds/200806/essential-secrets-psychotherapy-the-inner-child

https://en.wikipedia.org/wiki/Inner_child

Materi Hasil Diskusi Fitrah Seksualitas Kelas Bunda Sayang Batch#2 Semarang - Salatiga


19 komentar

  1. Bagus sekali tema hari ini, inner child yang menyentuhku di kehidupan masa kecil

    BalasHapus
  2. Selalu Love dengan tulisan Mbk ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, dan love juga untukmu kakak💞

      Hapus
  3. Aku baru tau ada inner child... T.T sungguh2 sangat bermanfaat. Thx you yaa😘😘

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, kak..senang hati kalau bermanfaat begini...💞😘

      Hapus
  4. MasyaAlloh..

    Keren tulisannya, Kak.. selalu menyampaikan ilmu bermanfaat..

    "Memaafkan" ya, Kak...

    Noted

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mantra utamanya adalah memaafkan mbakyu hehe

      Hapus
  5. Nyentuh banget tulisannya..mungkin ke depan bakal cari buku-buku tentang ini nih..makasih wawasan barunya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyes..apa lagi kalau berkecimpung dengan dunia pendidikan dan anak juga..perlu banget paham potensi Inner Child gini hehe

      Hapus
  6. suka banget tulisannya. berlimpah ruah ilmunya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh masih fakir ilmu kak..makanya ini belajar terus hehe

      Hapus
  7. "Hai, gadis kecil di dalam diri... apa kabarmu? Yuk mimik es krim biar adem dan nggak ngamukan." Begitu ucapku pada si inner child. wkwkkw.

    Ayooo tulis lagi yang beginian, eike suka...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bismillahirrahmanirrahim hehehe... asyiiiaaap akak

      Hapus
  8. Baru saja belajar writing for healing, kita diajak menulis untuk diri di masa lalu, terima kasih artikelnya ya Dee..

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Tiada kesan tanpa kata dan saran darimu :)



Salam kenal,


Dee.Irum