Kesempatan Kedua

Senin, 30 September 2019



Awal tahun Hijriyah ini memang sungguh luar biasa. Allah menitipkan banyak pelajaran berharga. Sekolah kehidupan yang kurikulumnya disusun langsung oleh pemilik ilmu Yang Maha Luas.

Salah satunya adalah pelajaran yang diambil dari hikmah kematian dan rasa sakit. Kedua hal ini tak pernah berhenti memberikan pelajaran yang tak ternilai materi harganya.

Apa yang lebih pasti dan tak pernah ingkar janji? Ya, kematian dan malaikat pencabut nyawa. Kita nggak pernah mengerti bahwa tiap detik yang kita habiskan entah diujung mana kita selalu diawasinya. Bisa saat ini, bisa nanti. Bisa besok, atau bisa jadi tak ada hari esok. Mati tak harus menunggu tua bukan?

Sudahlah aku tak akan bicara soalnya kematian hari ini. Masih cukup berat aku mengenang salah satu anak ideologisku yang telah berpulang beberapa minggu lalu. Aku ingin bercerita tentang hikmah sakit yang aku pelajari dari tetangga sekaligus juga kakak, saudari ideologis yang beberapa waktu lalu divonis sakit kanker. Tanpa pertanda apa-apa sebelumnya, jelas membuat kami semua yang mendengar terperangah.

Beberapa hari sebelumnya masih tertawa, bercengkerama, bicara tentang impian ini dan itu. Beliau yang ceria, mobilitas tinggi, ide yang selalu cemerlang membuat kami juga ikut mencerna dan merasakan aura keaktifannya. Tiba-tiba mendapatkan vonis yang aku rasa bagi semua wanita tak ingin mendengar atau mengalaminya. Kanker rahim dan fakta bahwa rahim harus diangkat karena diameter kanker sudah mencapai 11 centimeter. Sungguh kami yang mendengar hanya mampu terbelalak. Kanker telah mendesak organ lain, hingga terjadi perlengketan pada usus atau organ pencernaannya. Aku tak bisa membayangkan, apa yang terjadi jika aku berada diposisi beliau. Langit mungkin serasa runtuh!

Namun, sebagai mukmin aku wajib pahami, bahwa sakit juga nikmat sekaligus rahmat. Terkadang cara Allah sayang pada hamba-Nya tak pernah terbayangkan dari mana datangnya. Kadang semua datang begitu cepat tanpa pertanda, hingga membuat kita terjeda sementara untuk bisa menerima. Kita terjebak pada praduga. Jarak kita mampu menerima pasti berbeda tiap manusia. Namun, ternyata jika kita mampu menyelaraskan logika, perasaan dan keimanan. Semua itu tak lain adalah hadiah langit untuk kita.

Aku pribadi percaya setiap kita diberikan sebuah ujian, apapun itu bentuknya, pasti selalu ada hikmahnya. Termasuk bahwa Allah sebenarnya selalu memberikan kesempatan kedua. Kesempatan untuk kita selalu pulang pada-Nya dengan cara terbaik kita sebagai hamba.

Kesempatan mengosongkan bejana dosa yang telah lama berlumut atau berkarat untuk dibersihkan seperti pada awalnya. Syaratnya kita harus mampu mengambil hikmah dari pelajaran yang Allah berikan itu.

Hikmah dan pelajaran sakit yang diturunkan pada kita, adalah sebagai berikut :

1. Sabar


Katakanlah (Muhammad), "Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu." Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan Bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas" (AZ Zumar : 10).

Sabar adalah pelajaran paling awal yang harus kita praktekkan. Memang nggak mudah, namun janji Allah itu pasti.

2. Syukur


"Dua nikmat yang membuat manusia banyak terpedaya olehnya : nikmat sehat dan waktu kurang" (HR. Bukhari No. 6412 ).

Saat sakit datang, inilah saatnya kita lebih melipatgandakan syukur. Begitu banyak hal yang sering kita tunda, alih-alih merasa  sehat dan memiliki cukup waktu. Padahal sedetik waktu yang ada di depan kita merupakan rahasia-Nya.

3. Introspeksi


"Dan sungguh, Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum engkau, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kemelaratan dan kesengsaraan, agar mereka memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati" (Al An'aam : 42).

Allah senang hamba-Nya datang dengan hati yang tunduk. Membawa kehadapan-Nya, bergunung-gunung harapan juga doa.

4. Menghapus Dosa


"Tidaklah seorang mukmin, tertimpa rasa sakit, rasa capek, kekhawatiran, sedih, kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pada duri yang menusuknya, itu semua akan menghapuskan dosa-dosanya" (HR. Bukhari No. 5641 dan Muslim No. 2573).

Sakit adalah penggugur dosa-dosa. Setelah mampu memaknai poin pertama hingga ketiga, Allah akan lunasi dengan menjadikan ruh kita kembali suci.

5. Berdoa


Doa itu bukan memberitahu Allah akan hajatmu, karena Allah Maha Tahu. Juga, bukan meminta, karena Allah Maha Pemurah memberi tanpa diminta. Namun, doa hanyalah menunjukkan keperluanmu kepada-Nya, karena Allah Maha Kaya dan suka mendengar hamba-Nya yang menunjukkan kefakirannya (Syeikh Rohimuddin Nawawi).

Ada sebuah cerita berhikmah tentang sakitnya seorang hamba, diriwayatkan oleh Abu Imamah Al Bahili yang mengutip Sabda Rasulullah Shalallahu'alaihi Wassalam. Saat seorang hamba jatuh sakit, Allah akan mengutus empat malaikat-Nya dengan tiga yang berbeda-beda.

Malaikat#1, Allah perintahkan kepadanya untuk mencabut kekuatan tubuhnya, dijadikannya lemah tak berdaya.

Malaikat#2, Allah perintahkan kepadanya mencabut nikmat lezat dari lidahnya, hingga lidah kelu dan pahit saat mencecap rasa.

Malaikat#3, perintah yang diterimanya adalah mencabut sinar kecerahan wajahnya, hingga ia pun memucat.

Malaikat#4, ia diperintahkan untuk mencabut dosa-dosa hamba tersebut. Hingga, ia berada dalam kondisi suci dari dosa.

Lalu, saat sang hamba ini menjelang waktu disembuhkan Allah perintahkan para malaikat ini untuk mengembalikan semua yang telah diambilnya. Kecuali, malaikat keempat.

Maka, bersujudlah ia dan memberanikan diri bertanya. "Ya, Allah, mengapa Engkau tidak perintahkan aku untuk mengembalikan dosa-dosa ini kepada hamba-Mu itu?."

Allah menjawab, "Tidak baik bagi kemuliaan-Ku jika Aku mengembalikan dosa-dosa hamba-Ku, setelah Aku menyulitkannya ketika sakit."

Malaikat bertanya lagi, "Kemanakah dosa-dosa ini hari aku simpan, Ya Rabb?"

"Pergilah dan buanglah dosa-dosa itu ke dalam lautan!", perintah Allah kepada malaikat keempat.

Lihatlah nikmat mana lagi yang kita dustakan?  Allah begitu mencintai ciptaan-Nya  yang bernama manusia. Ciptaan yang paling sering khilaf dan lupa. Berbuat zalim pada dirinya dan sekitarnya.
Namun Allah selalu buka kesempatan kedua untuk m kembali, memperbaiki kualitas diri agar saat kita kembali tak ada yang disesali.

Jika Allah masih sayang pada kita, Allah akan memanggil kita lagi dan lagi. Kita yang harus sadar dan berupaya agar tak berpaling lagi dari-Nya.

"Ketika engkau sudah berada di jalan yang benar menuju Allah, maka berlarilah. Jika sulit bagimu, maka berlari kecillah. Jika kamu lelah, berjalanlah. Jika itupun tidak mampu, merangkaklah. Namun, jangan pernah berbalik arah atau berhenti" (Imam Syafi'i).

Begitulah teman, selalu ada kesempatan kedua bagi kita yang mau mencoba mencari rida-Nya.
Saat Tuhan masih menghadirkan sakit, perasaan kelelahan yang tiba-tiba menyergap. Atau, ketika kita merasa seperti aral gendala terus saja datang menguji. Lalu, kita didera kejenuhan pada hingar bingar dunia.

Maka itulah waktu  Allah datang menitipkan rindu. Dia rindu ramainya doa-doa yang kita panjatkan sebagai penanda kita seorang hamba.

Permasalahan akankah kesempatan kedua itu harus diambil atau tidak? Jawabannya silahkan direnungkan dan disimpan pada relung hati kita masing-masing.

Kisah ini adalah secuil hikmah yang bisa aku ambil intisarinya, dan ingin aku bagi. Semoga bermanfaat agar kita lebih bijak bersiasat dengan waktu serta kesehatan. Sebelum pintu kesempatan itu benar-benar terkunci rapat.

============================
Teruntuk kakanda Dyah Erawati Anggraini, tulisan ini adinda persembahankan untukmu. Semangat sehat untuk kembali bersama kami meniti hari-hari.

Terima kasih sudah memberikan begitu banyak pelajaran pada kami. Tentang arti cinta dan kesempatan kedua. Love you 3000 and more!

Sumber referensi :

https://www.google.com/amp/s/www.islampos.com/34784-34784/amp/

18 komentar

  1. terima kasih sudah diingatkan tentang sakit dan kematian dan hikmahnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kembali akak..^_^

      Hapus
    2. Semangattt terus dan terus menyemangati bunda, ilmu muhasabah yg harus semakin qt patri :D

      Hapus
    3. Betul kita harus selalu berusaha bermuhasabah tiap waktu...^_^

      Hapus
  2. :') semua yang terjadi ada hikmahnya..

    BalasHapus
  3. Terimakasih sudah mengingatkan...

    BalasHapus
  4. Masha allah sepertinya aku juga harus banyak bersyukur atas sakit yang allah berikan. Yang penting kunci utamanya kita terus bersabar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya klise tapi memang sabar ada kunci utama... semangat sehat ya 😇

      Hapus
  5. Quotesnya Imam Syafii ngena bgttttt :')

    BalasHapus
  6. Balasan
    1. Yap, nggak ada yang tahu rahasia Allah 😊

      Hapus
  7. Apapun keadaannya musti bersyukur..makasih ilmunya..dapat pencerahan lagi hasil dari jalan-jalan blog di malam hari

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama nih kita, bertebaran ilmu dan perenungan waktu BW hehe...termasuk kalau aku main ke blog cikgu, TQ🙏

      Hapus
  8. Balasan
    1. Terima kasih sudah main dan meninggalkan jejak🙏

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung. Tiada kesan tanpa kata dan saran darimu :)



Salam kenal,


Dee.Irum