Elegi Nyanyian Sunyi

Kamis, 03 Oktober 2019

Foto : Dokumentasi Pribadi

Matahari mulai tergelincir pelan
Langit merekah merah jingga berkejaran
Tanpa kata dalam keramaian
Senyuman jiwa terbenam bersama angan

Suara detak semakin riuh
Melesak semakin jauh
Ingin kulempar saja sauh
Terhenti sesaat dan berlabuh

Di pelataran parkir kuda-kuda besi
Lamat-lamat dari kejauhan
Suara panggilan-Nya telah diserukan
Kubasuhkan air suci membasahi pori-pori

Dilantai rumah-Mu, ingin kusungkurkan gulana
Bersama mereka raga-raga separuh nyawa
Ada yang hilang dan kerontang
Mencoba membilas haus, dalam sembahyang yang tak terlalu panjang

Diatas sajadah sedikit lusuh terbentang
Di penghujung salam saat sayap-sayap doa dibentangkan
Suara isakan terdengar pelan
Tercekat sesenggukan

Duduk bersimpuh berjejeran
Namun, mulut saling bungkam
Jantung berdebam
Kencang berlarian

Tangan menengadah, berharap mampu enyahkan gundah
Pasrah, bukan menyerah
Kata itu yang ingin kusampaikan padamu
Wahai raga yang terbaring lesu, menahan semua pilu
Hayat yang menanggung rindu

Saudara, aku paham apa yang berkecamuk dikepalamu
Aku tahu kelindan tanya disitu
Tapi, Jangan! Jangan tanya kenapa kamu?
Atau apa salah dan dosaku?

Jawabnya kau juga pasti tahu
Kucoba rangkai kata bergelanyut pada senda
Bibir itu membentuk lengkungan tawa
Tapi ditepi netramu membisu

Jiwamu diam tersudut ditubir sunyi nan ambigu
Senyap melagu memandu gelebah syahdu
Aku membeku, didera gaduh tanya
Akankah aku piawai memikul cinta-Nya

Ataukah justru cabar sungsang memeluk malang?

(Semesta-Mu selepas senja, 4 Safar 1441 Hijriyah)

5 komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Tiada kesan tanpa kata dan saran darimu :)



Salam kenal,


Dee.Irum