Mengajarkan Puasa Pada Anak Sejak Dini

Senin, 14 Oktober 2019



Apakah mungkin melatih anak berpuasa sejak usia dini? Setiap  tahun ada saja pertanyaan senada yang mampir. Jawabku selalu saja akan sama. Mungkin saja, bahkan sangat mungkin. Apalagi puasa merupakan salah satu rukun Islam. Oleh karena itu harus sedini mungkin diperkenalkan kepada anak.

Ilustrasi Urutan Rukun Islam / Foto : Google

Hanya saja ada prinsip yang harus dipahami. Bahwa tidak boleh ada paksaan dalam mendidik anak sejak balita.
Anak berusia dibawah 10 tahun memang belum termasuk mukallaf (terkena beban kewajiban).

Menurut syariat ia belum wajib untuk berpuasa karena belum akil balig. Namun, disisi lain Allah Ta’ala mewajibkan kepada kedua orang tua untuk mendidik anak-anaknya untuk urusan beribadah. Sebab, ibadah akan terasa ringan dijalankan jika sejak awal "dipaksa" terlebih dahulu untuk berlatih dan membiasakan diri.

Jika tidak sejak dini, maka kesulitan anak beradaptasi dengan perubahan pola kebiasaan dibulan Ramadan akan semakin bertambah besar. Oleh karenanya, orang tua dengan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan mereka sangat dianjurkan untuk mengenalkan kepada anak tentang ketaatan dan keutamaan puasa Ramadan.

Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :


1. Jelaskan keutamaan puasa kepada anak, salah satunya adalah ceritakan bahwa Allah Ta'alla punya banyak pintu masuk ke surga. Ada pintu surga bernama Ar-Rayyan, yang berhak masuk pintu itu hanya orang-orang yang berpuasa. Berikan kisah atau nilai moral dengan bahasa sederhana anak-anak, mengapa kita perlu menahan lapar dan dahaga.

2. Membiasakan anak ikut berlatih puasa sebelumnya. Ajak anak sesekali berpuasa dibeberapa bulan sebelum masuk Ramadan, supaya tidak kaget ketika berpuasa di bulan Ramadan.

3. Namanya juga latihan, jadi lakukan lah bertahap. Puasa pada sebagian siang, dan menambahi waktunya sedikit demi sedikit.

Misalnya untuk balita, puasa yang dikenalkan bukan lah puasa  sehari penuh. Hanya menunda waktu sarapannya, atau makan siangnya. Saat sahur bangunkan anak, meski ia harus terkantuk-kantuk biarkan saja. Ini dimaksudkan untuk melatih dan membiasakan anak dengan suasana bangun sahur bersama. Lalu, saat harus sarapan yang seharusnya misal jam 07.00 ditunda hingga jam 08.30 atau jam 09.00. Berikan pemahaman bahwa kita sedang berpuasa jadi bersabar untuk bertahan beberapa menit ke depan. Saat "berbuka puasa" yang pertama itu hendaknya titipkan juga nilai-nilai atau adab untuk menghormati orang atau anggota keluarga lain yang masih berpuasa.

Jangan makan disembarang tempat saat ia berbuka puasa. Setelah anak mampu "lulus" menunda sarapan atau makan siangnya, lanjut ke tahapan berikutnya. Berhenti makan hingga nanti berbuka di jam 15.00 atau azan asar. Kemudian lanjut lagi hingga ke maghrib untuk berbuka bersama. Kebiasaan ini biasa diistilahkan sebagai puasa sambung.


4. Bagi anak usia sekolah, biasanya secara fisik mereka sudah jauh lebih kuat. Jadi orang tua bisa mulai memperhatikan jam biologis dan aktivitasnya. Kapan saja waktu krusial anak mulai terlihat lemas. Mengakhirkan sahur sampai di akhir malam, menjadi salah satu pilihan untuk membantu puasa mereka lebih kuat di siang hari.

5. Berikan motivasi dengan sabar.

Menyemangati mereka berpuasa dengan memberi reward khusus yang mendidik. Hadiah ini tidak semata-mata materi atau barang. Sesekali boleh diberikan, tapi sebaiknya dihindari saja. 

Reward yang dimaksud salah satunya bisa berupa sanjungan. Berikan lah pujian didepan anggota keluarga lainnya. Hal ini bisa jadi motivasi positif buat mereka, karena merasa perjuangannya mendapatkan pengakuan. Hingga secara psikologis dapat menaikkan semangat spiritualitasnya agar terus semangat berlomba-lomba meraih keberkahan dibulan Ramadan.

6. Membuatkan kesibukan yang menyenangkan bagi mereka, agar lupa dengan rasa lapar dan hausnya. Biarkan ia bermain namun arahkan yang tidak terlalu menguras tenaga. Atau sarankan mereka tidur siang yang cukup agar tidak lemas. Di sore hari, ajak anak menyiapkan menu khusus kesukaannya untuk berbuka puasa.

Catatan dalam mengajarkan puasa pada anak adalah sekiranya melihat anak-anak sangat letih. Jangan lah kita terlalu keras memintanya menyempurnakan puasa.

Mengapa? Sebab tindakan kita akan membuat dirinya benci menjalankan ibadah puasa. Sedihnya ia akan "mencuri-curi" kesempatan untuk membatalkan puasa dibelakang orang tuanya, dan atau menutupinya dengan kebohongan.

Semua pilihan ada ditangan ayah dan bunda. Silahkan bekerjasama dengan gerak nada dan bahagia!

6 komentar

  1. Hwaa keren kak, aku dulu di latih puasa umur 5 thn.. Tapi di umur segitu blm pernah full, aku namain puasanya 'iyak iyuk' pagi² buka periuk wkkk puasanya dari sahur sampai jam 9 pagi. Jadilah..

    BalasHapus
  2. aku juga dulu udah dibiasakan puasa sejak dini

    BalasHapus
  3. Aku sejak kecil juga udah diajari puasa Kak, tapi kadang puasa setengah hari gitu. Sampe aku pernah puasa sehari, terus pengen ganti jadi setengah hari. Soalnya laper bgt pas itu. Dan ternyata beberapa menit setelah makan di puasa setengah hari, lapernya sama kek puasa sehari. Sejak itu aku ga mau lagi puasa setengah hari

    BalasHapus
  4. Makasih mba ❤ bermanfaat sekali

    BalasHapus
  5. Inget dulu pas kecil he, suka lupa kalo lagi puasa eh makan aja hihi

    BalasHapus
  6. Seruju nih mengajarkan anak sejak dini

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung. Tiada kesan tanpa kata dan saran darimu :)



Salam kenal,


Dee.Irum