Stop! Jangan Buru-buru Buang Jelantahmu

Selasa, 08 Oktober 2019


Apa sih makanan paling nggak bisa ditolak di negara ini? Gorengan! Tua dan muda sepertinya sulit menghindar dari godaannya. Kilau dan aromanya saat keluar dari penggorengan, sungguh menggoda. Hingga, sangat mustahil tidak menemukan makanan sejuta umat ini.

Bisa dibayangkan jika seperti itu berapa liter minyak goreng yang dibutuhkan tiap hari dan berapa sisa minyak habis pakainya? Padahal minyak goreng habis pakai atau sering disebut jelantah ini, memiliki banyak dampak buruk jika dipakai berulang untuk mengolah makanan.

Bahaya Jelantah

Jelantah atau minyak goreng sisa memasak sebetulnya merupakan minyak yang telah mengalami perubahan struktur kimia akibat pemanasan berulang. Istilah lain, jelantah adalah limbah rumah tangga berupa minyak yang kandungannya telah berisi banyak senyawa yang bersifat karsinogenik. Senyawa ini dapat memicu terjadinya kanker. Senyawa karsinogenik ini timbul ketika minyak dipakai atau dipanaskan saat menggoreng. 

Senyawa aldehid juga merupakan senyawa yang ada pada jelantah. Senyawa ini menyebabkan meningkatnya resiko penyakit degeneratif sepeti alzheimer, jantung, gagal  ginjal dan stroke. Bahaya lain yang mengancam adalah kandungan kalori dan lemak trans yang terkandung pada jelantah. Kalori dan lemak trans membuat semakin tinggi tingkat resiko orang mengalami obesitas dan diabetes.

Kalau begitu, dibuang aja deh! Stop! Tunggu, kawan mohon jangan pernah lakukan itu. Minyak goreng bekas yang dibuang ke sembarang tempat atau ke saluran air akan memberi dampak buruk bagi lingkungan dan ekosistem dalam air serta menghambat saluran air.

Jelantah yang dibuang sembarangan sangat mengancam ekosistem, karena termasuk limbah B3 (berbahaya dan beracun). Beresiko tinggi mengkontaminasi tanah, air dan dalam jangka panjang terkumpul di badan-badan air, utamanya di kawasan muara.

Kalau tidak dikelola dengan bijaksana, senyawa-senyawa dengan karakteristik B3 tadi  akan mengganggu keseimbangan Biological Oxide Demand (BOD) dan Chemical Oxide Demand (COD). Merusak badan-badan air yang sangat berperan menopang kehidupan biota-biota.

Pemanfaatan Jelantah

Oleh karena itu, minyak jelantah seharusnya dikumpulkan untuk setelahnya diolah kembali. Dikelola dan dipergunakan  untuk tujuan lain yang tentu saja tidak membahayakan kesehatan masyarakat.

Beberapa caranya, yang pertama untuk diolah kembali menjadi bahan bakar nabati (bio-fuel) yaitu biodiesel. Langkah yang paling mudah adalah tiap jelantah yang dihasilkan oleh limbah rumah tangga, dikumpulkan dan diserahkan pada pengepul. Selanjutnya, dikelola untuk diolah menjadi biodiesel.

Selain itu, solusi lain dengan dibuat eco enzyme dan sabun jelantah sebagai langkah alternatif untuk mengolah limbah minyak jelantah.


Beruntung beberapa bulan yang lalu, komunitas Ibu Profesional Semarang mengadakan pelatihan pembuatan eco enzyme berbahan jelantah ini. Sebagai bentuk kepedulian para ibu untuk bumi yang akan diwariskan dari generasi ke generasi. Apa iya kita akan tega, mewariskan kerusakan dan hanya berpangku tangan?

Ibu juga harus mampu berperan menjadi agen dari solusi masalah lingkungan minimal dimulai dari istananya; rumah tangga.  Membangun peradaban dari lingkungan terdekatnya untuk menyayangi bumi, menggalakkan less (zero) waste dan bijak mengelola sampah rumah tangga.

Cara Membuat Eco Enzym

Begini cara pembuatan eco enzyme sendiri, yang relatif sederhana. Cukup kita menyediakan air 1000 miligram, 300 gram kulit buah, dan 100 gram gula merah yang telah disisir halus. Lalu, masukkan air ke wadah penyimpanan. Potong kulit buah menyesuaikan wadah.

Kalau wadah yang digunakan toples berukuran besar tidak perlu dipotong nggak apa-apa, namun jika wadahnya botol maka harus dipotong-potong dulu agar mudah dimasukkan ke dalam botol. Setelah itu, masukkan gula merah yang telah disisir. Langkah akhir tapi bukan yang terakhir, tutup rapat wadah tersebut. Biarkan selama 3 bulan. Eco enzyme baru bisa dipanen dan digunakan setelah proses fermentasi selama 3 bulan.

Jika menggunakan botol, beberapa hari pertama botol tersebut harus dibuka 3-4 kali dalam sehari, agar angin keluar. Hal ini utk mencegah terjadinya ledakan saat dibuka di akhir proses fermentasi.

Catatan penting, harap menempelkan keterangan info tanggal proses pembuatan, serta kapan bisa dipanen di bagian depan wadah. Ini bertujuan sebagai pengingat kapan waktu kita harus memanennya.

Cara Membuat Cairan Pembersih

Selain dibuat eco enzym, jelantah bisa digunakan untuk membuat cleanser atau cairan pembersih. Begini cara pembuatan cleanser, pertama siapkan bahan-bahan seperti :

Cuka 1 botol kecil , air 4 liter , gula jawa,  sampah 2 kilogram (kulit nanas, jeruk biji jambu) . Kemudian, rendam selama 14 hari.

Saat sudah siap di gunakan, 1 tutup air cleanser dapat digunakan untuk membersihkan lantai. Semprotkan pada kompor, dapur, atau kamar mandi.

Saat pelatihan yang diselenggarakan pada waktu itu,  Bunda Uswah juga memberikan alternatif solusi lainnya, yakni dengan membuat sabun jelantah.

Langkah membuat sabun jelantah :

1. Rendamkan jelantah, lalu bagian yang bening disaring
2. Soda api, NaoH 75 gram
3. Esensial oil / pandan/ kopi
4. Air/ eco enzym  125 gram
5. Minyak jelantah 500 gram

Alat-alat yang dibutuhkan :

Mangkok kecil
Pengaduk atau pengocok telur
Ember
Baskom (tidak untuk masak)
Cetakan dari plastik anti leleh
Catatan : alat yg sudah dipakai dalam pembuatan ini tidak boleh dipakai memasak lagi.

Siapkan alat tambahan sebagai pelindung, seperti sarung tangan dan masker.

Caranya :

1. Tuang Eco enzym ke wadah
2. Masukkan Soda api pelan-pelan
3. Diaduk pakai kayu/ plastik (jangan alumunium)
4. Ditunggu agak dingin

Bahan lain :

1. Timbang minyak 500gr di saring
2. Dimasak sampai berbuih
3. Saat suhu sama masukan minyak dlu di baskom baru cairan eco enzym (aduk perlahan)
4. Diaduk hingga memadat
5. Agak padat tambahkan esensial oil/air pandan
6. Boleh beri pewarna, setelah itu masukkan ke cetakan plastik
7. Didiamkan 2 hari di wadah tertutup
8. Lalu sabun di lepaskan dari cetakan.
Perhatian: Biarkan bakal sabun yang ada di cetakan di ruang terbuka selama 14 hari, hingga siap dipakai.

Komposisi pembuatan Sabun mandi dari jelantah, sebagai berikut :

Minyak zaitun 250 gram (ekstra virgin oil)
Kelapa sawit 150 gram, gunanya untuk memadatkan.
Minyak kelapa 150 gram, gunanya untuk membuat sabun berbusa.
NaOH 75 gram
Eco enzym 120 gram/jus buah/susu
Bisa ditambahkan pewarna makanan atau daun bidara
Esensial oil/madu 50 gram

Limbah rumah tangga berupa minyak jelantah meskipun tampaknya sedikit, namun lama-lama akan menjadi bukit. Sebab, setiap hari tiap dapur di tiap rumah berproduksi jika dikalikan ada berapa rumah tangga, rumah makan, dan restoran di seluruh negeri ini. Berapa puluh ribu liter yang dihasilkan tiap harinya? Jika tidak dikelola dengan bijak, oleh kita sendiri dan juga perhatian pemerintah selaku pemangku kebijakan.

Maka ini akan menjadi bencana lingkungan yang sangat mengerikan. Nggak ada ruginya bukan? Jika kita memulai dari diri kita sendiri untuk membuat perubahan. Meminimalkan kita dan keluarga untuk tidak ikut andil berbuat kerusakan untuk bumi yang kita tinggali ini.

16 komentar

  1. ternyata bekas minyak goreng bisa jadi cairan pembersih. informasi baru ini. kalo seandainya bisa jadi cairan perawatan wajah pasti laku keras ini kayaknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah semoga segera ada penelitian dan penemuan itu jadi benar-benar zero waste kalau gitu, Kak😁

      Hapus
  2. Hwawawa luar biasa ini, pengetahuan baruu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah jika ada manfaatnya sayang😊

      Hapus
  3. Huwaaaa.. perlu dicoba, iniiii..

    Pelatihannya, kapan mampir ke Bandung, Mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba saja dulu umsay, kalau sudah buat tuh pelatihannya di Bandung hehee...ajib kan hehe

      Hapus
  4. Wahhh, aku baru tahu ttg ini. Sungguh bermanfaat Kak.

    BalasHapus
  5. oh ternyata jelantah bisa dibuat cleanser toh, untungnya bukan cleanser wajah kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lho siapa tahu nanti ada penemuan tentang itu...kan lebih kece lagi itu...iya nggak hehe

      Hapus
  6. Wah mba ikutan ibu profesional, aku pengen join meski belum jadi ibu2 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Join aja, banyak kok yang belum menikah udah gabung..kan nanti ada kelas pra nikahnya say...

      Hapus
  7. Waa nice info kak. Kali ini materinya lain daripada yang lain deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, yang penting bisa jadi manfaat ini tulisannya hehehe

      Hapus
  8. Wah ternyata banyak juga ya pemanfaatan jelantah, kalo di sunda namanya, jalantrah kak hee, dan aku baru pake satu pemanfaatan nya yaitu jdi bahan bakar karena itu yg paling mudah he

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beda tipis lah yaa... Jawa ma Sunda he-he-he...nah sekarang makin banyak kan bisa tuh dipraktekkan 😉

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung. Tiada kesan tanpa kata dan saran darimu :)



Salam kenal,


Dee.Irum